PERJALANAN INFEKSI PADA MALARIA
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium. Malaria pada manusia disebabkan oleh Plasmodium Malariae, Plasmodium Vivax, Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Ovale. Penularannya melalui nyamuk betina dari tribus Anopheles. Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat juga ditularkan secara langsung melalui transfuse darah atau jarum suntik yang tercemar darah serta dari ibu hamil kepada bayinya.
A. MASA INKUBASI
Masa inkubsi adalah waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis. Masa inkubasi bervariasi antara 9 – 30 hari, tergantung pada spesies parasit. Paling pendek pada P. Falciparum dan paling panjang pada P. Malariae. Masa inkubasi juga tergantung pada intensitas infeksi, pengobatan yang pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas pejamu. Pada malaria akibat transfuse darah, masa inkubasi P. Falciparum adalah 10 hari, P. Vivax 16 hari, P. Malariae 40 hari atau lebih setelah transfuse. Masa inkubasi secara alamiahnya :
- Plasmodium Falciparum = 12 hari
- Plasmodium Vivax = 13 - 17 hari
- Plasmodium Ovale = 13 – 17 hari
- Plasmodium Malriae = 28 – 30 hari
B. MASA PREPATEN
Masa prepaten adalah waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah.
Plasmodium
Periode pre-paten (hari)
Falciparum 11
Vivax 12,2
Ovale 12
Malariae 32,7
C. SERANGAN KLINIS PERTAMA
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.
Periode paroksisme terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni : stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium berkeringat (sweating stage).
Stadium Dingin
Stadium ini diawali dengan gejala mengigil dan perasaan yang sangat dingin, gigi gemeretak dan pasien biasa menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit – 1 jam.
Stadium Demam
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, sering kali terjadi mual dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien menjadi haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41° C atau lebih. Ini berlangsung antara 2 – 12 jam. Demam disebab kan oleh pecahnya skozon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya morosit darah kedalam aliran darah. Pada P. Vivax dan P. Ovale skizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga timbul demam setiap hari ke-3 terhitung dari serangan demam sebelumnya. Pada P. Malriae, demam terjadi pada 72 jam setiap hari ke-4 sehingga disebut malaria kuartana. Pada P. Falciparum setiap 24 – 48 jam.
Stadium Berkeringan
Pada stadium ini pasien berkeringant banyak sekali, tempat tidurnya basah, suhu badan menurun dengan cepat kadang-kadang sampai dibawah normal. Gejala di atas tidak selalu samam pada setiap pasien tergantung pada spesies parasit, berat infeksi dan umur pasien. Gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoid & skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh tertentu seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah organ-organ tubuh tersebut.
D. PERIODE LATEN KLINIS
Periode ini adalah periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadi infeksi malaria. Biasanya terjadi antara dua keadaan paroksismal. Periode laten dapat terjadi sebelum serangan primer atau pun sesudah serangan primer dimana parasit sudah tidak ada diperedaran darah tapi infeksi masih berlangsung.
E. RECRUDESCENSE
Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi sesudah periode laten dari serangan primer.
F. RECURRENCE
Yaitu berulangnya gejala klinikatau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. Keadaan ini juga menerangkan apakah gejala klinik disebabkan oleh kehidupan parasit berasal dari bentuk diluar eritrosit (hipnozoit) atau parasit dari bentuk eritrositik.
G. RELAPS PARASIT
Ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari infeksi primer. Istilah replase dipakai untuk menyatakan berulangnya gejal klinik setelah periode yang lama dari masa laten, sampai lima tahun, biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
H. GAMBARAN MIKROSKOPIS
1. Pemeriksan hematology
Kadar hemoglobin menunjukkan adanya anemia dari derajat ringan sampai berat ( pada malaria kronis ), jumlah lekosit normal atau lekopenia, laju endap darah meningkat dan jumlah trombosit biasanya normal.
2. Pemeriksaan mikroskopis/ parasitologis
Mikroskopis sediaan darah tabel dan sediaan tipis merupakan pemeriksaan yang terpenting. Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung parasit dengan identifikasi parasit yang tepat.
Hitung parasit pada tetes tebal : dihitung berdasarkan leukosit (eritrosis sudah lisis), yaitu per 200 leukosit. Secara kasar pada pemeriksaan tetes darah tebal sering dilaporkan dengan kode plus 1(+) satu sampai dengan plus 4 (++++), yang artinya ialah ;
+ : 1 – 10 parasit per 100 lapang pandang
++ : 11 – 100 parasit per 100 lapang pandang
+++ : 1 – 10 parasit per 1 lapang pandang
++++ : > 10 parasit per 1 lapang pandang
Pada keadaan hiperparasitemia sering sulit dibedakan pada penandaan ++++ sebab dapat diartikan dari perhitungan 11 parasit per lapang pandang sampai ratusan ribu per lapang pandang. Olek karenanya dianjurkan pada pemeriksaan di RS harus selalau dilakukan hitung parasit, khususnya kasus dengan pemacaan ++++. Pada parasitemia yang tinggi dapat dipakai dapat hitung parasit berdasarkan jumlah eritrosit. Pembacaan dilakukan pada sediaan tipis malaria dan parasit Plasmodium ddihitung per 1000 eri atau 10.000 eritrosit. Bila dijumpai 2 plasmodium dalam satu eritrosit dihitung sebagai satu.
Contoh : Bila dijumpai 50 parasit/1000 eri = 5 %
Bila jumlah eri 4.500.000, maka hitung parasit/µL :
4.500.000 x 50 = 225.000 parasit/µL.
1000
3. Pemeriksaan Imunoserologis.
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk melengkapi pemeriksaan mikroskopis atau sebagai konfirmasi jika identifikasi spesies parasit dengan pemeriksaan mikroskopis memberikan hasil yang meragukan atau jika secara klinis dan pemeriksaan klinis menunjukan tanda infeksi malaria tapi pemeriksaan mikroskopis negative.
4. Pemeriksaan Biokomiawi/Kimia Klinis
Pemeriksaan ini bukanlah pemeriksaan yang menentukan diagnosis tetapi harus tetap dilakukan untuk menunjang pemeriksaan yang lain karena penting untuk memantau perkembangan penyakit dan mendeteksi sedini mungkin adanya komplikasi. Pemeriksaan kimia klinis yang dianjurkan antara lain bilirubun, kreatinin, ureum, glukosa darah, urinalisis termasuk adanya hemoglobinuria dan faal koagulasi.
I. GAMBARAN KLINIS
Periode Dingin
a. Menggigil
b. Kulit dingin dan kering
c. Gigi-gigi saling terantuk
d. Pucat sampai sianosis
Periode Panas
e. Muka memerah
f. Kulit panas dan kering
g. Nadi cepat
h. Panas badan tinggi sampai 40°C atau >
i. Respirasi meningkat
j. Nyeri kepala, nyeri retro-orbital
k. Muntah-muntah, dapat terjadi shock (hipotensi)
l. Kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak)
Periode Berkeringat
m. Penderita berkeringat mulai dari temporal diikuti seluruh tubuh sampai basah, temperature turun
n. Penderita merasa capek dan sering tertidur.
RATE & RATIO :
Ratio disebut juga sebagai proporsi, dipergunakan untuk membandingkan frekuensi suatu penyakit pada dua kelompok indiviodu atau lebih, misalnya proporsi frekuensi penyakit demam thypoid pada kelompok A & B. Sedangkan Rate dipergunakan untuk menyatakan frekuensi distribusi suatu penyakit atau suatu peristiwa yang terjadi pada msyarakat, misalnya jumlah kematian penduduk kota A disebabkan oleh Malaria adalah 20 orang per 1000 peduduk.
PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT
1. Pengukuran Angka Kesakitan/Morbiditas
Pengukuran angka kesakitan lebih sulit dibandingkan dengan pengukuran angka kematian. Ada dua cara mengukur angka kesakitan pada masyarakat adalah :
a. Incidence Rate
Merupakan frekuensi baru yang berjangkit dimasyarakat disuatu tempat/wilayah/Negara pada waktu tertentu.
Jumlah orang yang menderita suatu
penyakit tertentu /kasus baru
Incidence Rate = x 1000
population tertular penyakit sama.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan perhitungan Incidence Rate suatu penyakit :
Time of onset
Yaitu hari /tanggal kejadian dari suatu kesakitan perlu diketahui dengan pasti, karena tidak semua jenis penyakit dapat mudah di diagnosis dengan cepat, seperti kanker baru dapat didiagnosis setelah pemriksaan cukup lama.
Periode of observation
Perhitungan dari Incidence Rate biasanya dilakukan dalam periode waktu satu tahun atau lebih, bila penyakit tejadi secara mendadak dan orang yang menderita dalam jumlah yang besr misalnya keracunan makanan, maka formula yang dipakai untuk menghitung angka kejadian penyakit tersebut adalah Attack Rate.
Jumlah orang yang sakit
Attack Rate = x 1000
Population at Risk
Penggunaan Denominator Person Year
Adalah jumlah orang yang mempunyai resiko yang diobservasi dalam bebrapa periode waktu tertentu, misalnya ten years study of the incidence of lung cancer, dimana ada 10 orang yang diobservasi setiap 3, 8 dan 10 tahun, maka denominatornya bukan 10 orang tetapi 21 orang.
Denominator
Jumlah populasi yang mempunyai resiko tidak selalu konstan dan tergantung dengan periode waktu observasi.
Numerator
Perlu diperhatikan apakah betul-betul kasus baru atua sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama karena kejadian kesakitan dapat terjadi lebih dari satu kali pada orang yang sama dalam periode tertentu. Untuk membedakannya dapat dipakai formula :
Jumlah orang yang menderita penyakit (X)
Dalam periode waktu
population at risk 1 tahun
Jumlah seluruh kasus penyakit (X)
Dalam periode waktu
population at risk 1 tahun
b. Prevalence Rate
Merupakan frekuensi penyakit lama yang baru berjangkit dimasyarakat disuatu tempat pada waktu tertentu.
Jumlah orang yang menderita suatu penyakit
(kasus baru & lama pada suatu periode tertentu)
Prevalence Rate = x 1000
Population at Risk/penduduk yang mempunyai
resiko tertular penyakit sama
2. Pengukuran Angka Kematian/Mortalitas
1. Crude Death Rate
Merupakan angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama tahun berjalan dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun atau midyear population disuatu tempat.
Angka CDR sangat tergantung dari sex dan umur. Bila lebih banyak usia lanjut, maka CDR akan lebih tinggi dan sebaliknya.
Total seluruh kematian selama tahun berjalan
CDR = x 1000
Total seluruh penduduk pertengahan tahun
2. Specific death Rate
Merupakan angka kematian yang ditujukan kepada penyebab kematian spesifik oleh penyakit tertentu dan biasanya dihubungkan dengan factor-faktor yang terdapat dimasyarakat seperti umur, sex, pekerjaan dan status social atau periode waktu seperti hari, minggu, bulan dan tahun.
Jumlah kematian(oleh sebab trtentu)
Dalam tahun berjalan
SDR(oleh sebab tertentu) = x 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun
KONSEP PENYAKIT MALARIA
1. PENGERTIAN
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Malaria, dapat menyerang semua orang dari semua jenis umur, golongan dan jenis kelamin.
2. ETIOLOGI
Malaria pada manusia disebabkan oleh beberapa jenis Plasmodium yaitu Plasmodium Malariae, Plasmodium Vivax, Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Ovale.
3. PATOFISIOLOGI
Seseorang dapat terkena malaria pada umumnya penularannya melalui gigitan nyamuk betina dari tribus Anopheles. Bila nyamuk anopheles menggigit penderita malaria, maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk parasit tersebut akan berkembang dan bertambah banyak. Dalam beberapa hari bila nyamuk tersebut menggigit orang yang sehat, maka parasit tersebut akan ikut ditularkan ke orang tersebut. Parasit tersebut kemudian berkembang dan bertambah banyak dan menyerang Sel-Sel Darah Merah dan selang beberapa hari kemudian orang tersebut akan terkena malaria. Selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat juga ditularkan secara langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar darah yang mengandung malaria serta dari ibu hamil kepada bayinya.
4. GEJALA KLINIS
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non imun terdiri atas beberapa serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.
Periode paroksisme terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni : stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium berkeringat (sweating stage).
Stadium Dingin
Stadium ini diawali dengan gejala mengigil dan perasaan yang sangat dingin, gigi gemeretak dan pasien biasa menutupi tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit – 1 jam.
Stadium Demam
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan, muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, sering kali terjadi mual dan muntah, nadi menjadi kuat lagi. Biasanya pasien menjadi haus dan suhu badan dapat meningkat sampai 41° C atau lebih. Ini berlangsung antara 2 – 12 jam. Demam disebab kan oleh pecahnya skozon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya morosit darah kedalam aliran darah. Pada P. Vivax dan P. Ovale skizon dari setiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali sehingga timbul demam setiap hari ke-3 terhitung dari serangan demam sebelumnya. Pada P. Malriae, demam terjadi pada 72 jam setiap hari ke-4 sehingga disebut malaria kuartana. Pada P. Falciparum setiap 24 – 48 jam.
Stadium Berkeringan
Pada stadium ini pasien berkeringant banyak sekali, tempat tidurnya basah, suhu badan menurun dengan cepat kadang-kadang sampai dibawah normal. Gejala di atas tidak selalu sama pada setiap pasien tergantung pada spesies parasit, berat infeksi dan umur pasien. Gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofozoid & skizon) untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh tertentu seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah organ-organ tubuh tersebut.
Pada penderita ,malaria berat masih ditambah lagi dengan gejala-gejala seperti : gangguan kesadaran, kejang-kejang, diare, bahkan sampai kehilangan kesadaran (coma).
5. PENATALAKSANAAN
Untuk pengobatan malaria dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
Pengobatan pencegahan untuk ibu hamil
Obat diminum selama kehamilan, seminggu sekali pada hari yang sama. Obat tidak boleh diminum dalam keadaan perut kosong.
Pengobatan penderita malaria klinis
Pengobatan diberikan satu kali pada setiap tersangka penderita setelah dibuat sediaan darahnya. Obat langsung diminum sesuai dosis. Obat tidak boleh diminum dalam keadaan perut kosong.
Pengobatan lanjutan
Pengobatan lanjutan diberikan kepada penderita yang ternyata sediaan darahnya positif dalam pemeriksaan. Obat diminum secara berturut-turut sesuai dosis. Tujuanpengobatan ini adalah untuk mengobati secara tuntas. Obat tidak boleh diminum dalam keadaan perut kosong.
Cara dan Takaran Pengobatan Malaria
Jenis Pengobatan Jenis Obat Jumlah tablet per hari/umur (thn)
0 – 1 1 – 4 5 – 9 10 –14 15 +
Pengobatan pencegahan Klorokuin untuk ibu hamil dosis tunggal seminggu sekali diminum pada hari yang sama mulai hamil 3 bulan sampai selesai
nifas.
Klorokuin untuk pencegahan perorangan diminum seminggu sekali mulai 1 minggu sebelum tiba didaerah malaria selama berada ditempat tersebut dan dilanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.
-
¼
-
½
-
1
-
1 ½
2
2
Pengobatan penderita malaria klinis
Klorokuin (Pf, Pv, Pm) dosis tunggal, 1 kali
Hari I :
Hari II :
Hari III :
½
½
¼
1
½
½
2
2
1
3
3
1½
3 – 4
3 – 4
1½ - 2
Pengobatan lanjutan
Klorokuin (Pf, Pv, Pm) dosis tunggal
Hari 1 dan 2 …………….
Hari 3 …………….
Primakuin, dosis tunggal
Hari 1 s/d 3
Untuk Pf ……………….
Hari 1 s/d 5
Untuk Pv dan Pm …….
½
¼
-
-
1
½
¼
¼
2
1
½
½
3
1½
¾
¾
3 – 4
2
1
1
Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
Pf : P.falciparum atau infeksi campuran.
Pv : P. vivax
Pm : P. malariae
1 tab. Klorokuin mengandung 150 mg basa; 1 tab. Primakuin mengandung 15 mg basa.
6. PENKES
Menganjurkan pada pasien/keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Menganjurkan pada pasien/keluarga agar tidur selalu memakai kelambu.
Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk melakukan penyemprotan secara rutin.
Menganjurkan pada pasien dan keluarga agar selalu menaburkan bubuk abate pada setiap bak penampung.
Memberitahukan pada pasien/keluarga untuk tidak mengecat tembok yang baru disemprot.
Menganjurkan pada pasien/keluarga untuk menghilangkan genangan air yang tidak perlu.
Menganjurkan pada pasien/keluarga agar segera memeriksakan darah bila habis bepergian ke daerah malaria dan bila ada tanda dan gejala.
Menganjurkan pada pasien/keluarga agar selalu menggunakan obat nyamuk oles pada siang hari.
Menganjurkan pada psien/keluarga untuk tidak memelihara ternak serumah dengan manusia.
Memberitahukan pada pasien/keluarga agar menghabiskan obat yang diberikan.
PELAKSANAAN SURVEILLANS EPIDEMIOLOGI
A. PENGUMPULAN DATA
B. SURVEILLANS EPIDEMIOLOGI
1. PENGERTIAN
Surveillans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu, baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu kelompok penduduk tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
2. TUJUAN
- Menggambarkan riwayat alamiah penyakit
- Sebagai deteksi untuk KLB
- Menggambarkan distribusi masalah kesehatan
3. MANFAAT
Memberikan kesempatan untuk mengenal kecenderungan penyakit menurut musim atau periode waktu tertentu, mengetahui daerah geografis dimana jumlah kasus/penularan meninggi atau menurun, serta berbagai kelompok resiko tinggi menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, status social dan ekonomi serta pekerjaan (penyakit akibat kerja atua lingkungan kerja)
4. KOMPONEN SURVEILLANS EPIDEMIOLOGI
1. Pengumpulan data epidemiologi (secara terus menerus)
2. kompilasi, analisis dan interpretasi data.
3. penyebarluasan data hasil analisis interpretasi data..
PENUTUP
Dari uraian di atas ternyata bahwa penyakit malaria dapat merugikan kesehatan bahkan menimbulkan kematian. Namu demikian sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah dan ditanggulang.
Dalam upaya pencegahan dan pemberantasannya, perilaku masyarakat yang positif mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan.
Oleh karena itu peran serta masyarakat dalam pemberantasan perlu dikembangkan terutama oleh masyarakat sendiri.
Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat terwujud masyarakat yang sehat, bebas dari ancaman malaria.
DAFTAR PUSTAKA
Tindakan Anti Larva, 5 ; Bakti Husada, 1991
Prof. Dr. Nur Nasry Noor, MPH. “pengantar epidemiologi penyakit menular”
Penerbit : Rineka Cipta, 1997.
Pedoman kegiatan kader, bakti Husada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar