KANKER COLON DAN REKTUM
(COLORECTAL CANCER)
1. Tinjauan Umum
Insiden karsinoma kolon dan rektum di Indonesia cukup tinggi, demikian juga kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan wanita dan sekitar 75 % ditemukan direktosigmoid. (sjamsuhidayat & jong, 2005)
Kanker colon dan rectum merupakan tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Insidennya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker olon, penyakit usus inflamasi kronik atau polip.(Brunner & Suddart, 2002)
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker colorektal.
2. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi lemak, protein, dan daging serta rendah serat.
Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diit tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
3. Patologi
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon. Tipe polipoid atau vegetatif tumbuh menonjol kedalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan dan ditemukan terutama disekum dan kolon asendens. Tipe keras (skirus) mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi terutama ditemukan di kolon desendens, sigmoid dan rektum. Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis dibagian sentral terdapat di rektum. Pada tahap lanjut sebagian besar karsinoma kolon mengalami ulserasi menjadi tukak maligna.
4. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %)adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebarkebagian tubuh yang lain
5. Manifestasi klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
6. Evaluasi Diagnostik
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik yang paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium,proktosigmoideskopi dan kolonoskopi. Sebanyak 60 % dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi.
Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA) dapat juga dilakukan meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukanindikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatanbedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
b. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakanlesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Aapabila tumorsudah menyebar dan mencakup striktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor. Prosedir pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)
c. Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
KOLOSTOMI
A. Pengertian
• Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhizen, 1991)
• Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy,1987)
• Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce,1993)
B. Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara
1. Kolostomi permenen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak memungkinkan feses keluar melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barel (dengan satu ujung lubang)
2. Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanay untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer inimenpunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama pot kolostomi biasanya masih terjasi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi (pembukaan diding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan denga lubang stoma yang kemunglinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka.
Kantong/bag harus segera diganti dengankantong yang baru jika telah terisi feses atau jika kantong bocor dan feses cair mengotori abdomen. Juga harus dipertahankan kulit di sekitar stoma tetap kering, penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zalf/salep atau segera konsultsikan pada dokter ahli. Pada pasien yang alergi mungli perlu dipikirkan untu modifikasi kantong agar kulit tidak teriritasi.
C. Komplikasi Kolostomi
1. Obtruksi/penyumbatan
Penyumbatn dapt disebabakan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulir dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbata, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengankolostomi permanen tindakan irigasi perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sensiri di rumah.
2. Infeksi
3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma menglami pengiktan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
4. prolap pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karen fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
5. Perdarahan.
PROSES KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL :
Pasca operatif:
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan )
Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang paparan terhadap sumber informasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan citra tubuh b.d biofisik (adanya stoma) dan pembedahan
B. PERENCANAAN
1. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI FISIK (INSISI PEMBEDAHAN )
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg:
Indikator:
Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
Ps menyatakan nyeri berkurang
Menggunakan tekhnik non farmakologi NIC: Manajement nyeri
Aktifitas:
1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan
3. Fasilitasi linkungan nyaman
4. Berikan obat anti sakit
5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
6. Berikan massage di punggung
7. Tekan dada saat latihan batuk
1. untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan dari therapi yang diberikan
2. Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan
3. Meningkatkan kenyamanan
4. Mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri
5. Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks
6. Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping
7. Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN: SINDROMA DEFICITE SELF CARE B.D NYERI
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah diberi motivasi perawatan selama 2x24 jam, ps mampu melakukan mandi dan berpakaian sendiri dg:
Indikator:
Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit
Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman NIC: Membantu perawatan diri pasien
Aktifitas:
1. Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps
2. Libatkan keluarga dan ps
3. Berikan bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkau
3. Bantu berpakaian yg sesuai
4. Jaga privcy ps
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai
1. Mempermudah jangkauan
2. Melatih kemandirian
3. Meningkatkan kepercayaan
1. Memudahkan intervensi
2. Melatih kemandirian
3. Menghindari nyeri bertambah
4. Memberikan kenyamanan
5. Memberikan kepercayaan diri ps
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD TINDAKAN INVASIF, INSISI POST PEMBEDAHAN
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg:
Indikator:
Bebas dari tanda-tanda infeksi
Angka leukosit normal
Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi NIC: Perawatan luka
Aktifitas:
1. Amati luka dari tanda2 infeksi
2. Lakukan perawatan payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka
3. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi
4. Kelola th/ sesuai program
NIC: Kontrol infeksi
Aktifitas:
1. Batasi pengunjung
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps
3. Tingkatkan masukan gizi yang cukup
4. Anjurkan istirahat cukup
5. Pastikan penanganan aseptic daerah IV
6. Berikan PEN-KES tentang risk infeksi
1. Penanda proses infeksi
2. Menghindari infeksi
3. Mencegah infeksi
4. Mempercepat penyembuhan
1. Mencegah infeksi sekunder
2. Mencegah INOS
3. Meningkatkan daya tahan tubuh
4. Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi
5. Mencegah tjdnya infeksi
6. Meningkatkan pengetahuan ps
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D KURANG PAPARAN SUMBER INFORMASI
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
1) NOC: Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x 24 jam ps mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:
Indikator:
Ps mampu:
Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas 2) NIC: Pengetahuan penyakit
Aktifitas:
1. Jelaskan tentang penyakit Ca colorecti dan kolostomi
2. Jelaskan tentang program pengobatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3. Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi
4. Tanyakan kembali pengetahuan ps tentang penyakit, prosedur prwtn dan pengobatan
1. Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas
2. Mempermudah intervensi
3. Mencegah keparahan penyakit
4. Mereviw
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta
Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar