November 23, 2010

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Virus)

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Virus)

A. Pengertian.
 HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang/merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian dapat menimbulkan AIDS.
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Virus) adalah sekumpulan keadaan klinis yang merupakan akibat akhir dari infeksi HIV.
Atau kumpulan suatu gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.

B. Etiologi.
Penyebab utama AIDS adalah infeksi oleh virus yang dinamakan HIV. Virus ini termasuk dalam famili retroviridae.

C. Fase - Fase Pada Infeksi HIV Dan Aids.
Fase Lamanya fase Antibodi dapat diketahui Gejala Dapat ditransmisi
Window periode 4 minggu - 6 bulan setelah infeksi Tidak Tidak ada Ya
Acute primary HIV infection 1 - 2 minggu Mungkin Seperti sakit flu Ya
Infeksi HIV asymptomatic 1 - 15 tahun atau lebih Ya Tidak ada Ya
Suppresi imun symptomatik Diatas 3 tahun Ya Deman, keringat dimalam hari, BB hilang, diare, neuropaty, keletihan, rash, lympadenopaty, berpikir lambat, lesi oral. Ya
AIDS Variable: 1 - 5 tahun dari kondisi AIDS terdefenisi/pasti Ya Infeksi oportunistik berat, dan tumor pada beberapa sistem tubuh, manifestasi neurologis Ya
D. Patofisiologi.
HIV merupakan retrovirus manusia, karena mempunyai kemampuan yang unik dalam mengubah RNA menjadi DNA dengan menggunakan enzim yang disebut Reservse Transcriptase. Retrovirus, apabila menginfeksi sebuah sel, mampu menggabungkan genome virus kedalam genome sel. Perubahan ini menyebabkan sebuah sel tidak normal, salah satunya bahwa tidak dapat menunjukkan fungsinya secara baik. Ada waktu yang sama, sel ini apabila diaktifkan dan memperbanyak diri, dapat menghasilkan virus yang lebih banyak.
HIVditularkan/ditransmisikan melalui kontak seksual, lewat darah atau produk darah dan ibu-ibu ke bayinya. Seorang yang mempunyai hubungan seksual dengan orang terinfeksi mempunyai resiko yang besar mendapat infeksi HIV. HIV tidak ditransmisikan melalui kontak yang biasa di rumah, sekolah atau tempat kerja. Meskipun demikian, virus dalam jumlah yang kecil dapat diisolasi dari salilva, ciuman, pemakaian gelas yang berpindah-pindah dan aktivitas lain yang mana saliva merupakan bagian pelindung yang tampak. Dalam kenyataannya, ada beberapa fakta yang mengatakan bahwa enzim yang terdapat dalam saliva mempunyai kemampuan untuk menonaktifkan HIV.
Retrovirus HIV mempunyai kesukaan pada sel - sel tertentu dalam sistem imun, seperti T4 atau CD4. T4 lymphocyte disebut juga sel kelper inducer. Sel ini memegang peranan penting dalam kekebalan sel mediated dan berfungsi sebagai “konduktor” pada ovkes imun dengan mengirim signal inducemen ke bagian lain pada sistem imun. Orang yang menderita HIV yang sel T4 terinfeksi tidak dapat melakukan fungsisecara adekuat, tidak dapat mengirim signal inducement secara baik dan memberikan malfungsi yang berlebihan pada semua sistem imun. Sel T4 yang terinfeksi dihancurkan secara ultimate oleh HIV dan mengakibatkan :
1. Lymphocytopenia.
2. Fungsi sel T abnormal.
3. Pollyclonally diaktifkan sel B yang dibuktikan oleh adanya hypergamma globulinemia.
4. Fungsi makrofag abnormal. Hal ini juga menunjukkan bahwa HIV secara langsung menginfeksi makrofag, termasuk didalamnya sistem syaraf pusat yang mana mungkin menunjuk pada gejala kompleks yang mengarah pada AIDS demetitia kompleks.





























Pathway
s





























E. Manifestasi Klinis.
Pada beberapa sistem tubuh berikut ini yang terjadi bersamaan dengan multipel infeksi:
1. Mulut.
Penyebab :
Lesi diakibatkan oleh: candida, herpes simplex, KS, virus papiloma, berupa kutil pada mulut, HIV gingivitis, atau peridontitis, leukoplakia pada mulut. Akibatnya nyeri mulut terutama kesulitan mengunyah dan menelan, penurunan intake nutrisi dan cairan, dehidrasi, penurunan berat badan dan kelelahan.
2. Neurologic.
a. Penyebab: AIDS dementia complex yang disebabkan oleh: berlangsungnya serangan HIV dalam sel saraf.Akibatnya: perubahan kepribadian, kegagalan kognitif, konsentrasi menurun, tidak mampu mengambil keputusan, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, membutuhkan bantuan dalam melakukan ADL, atau tidak mampu melakukan ADL, paresis dan plegia, inkontinensia, isolasi sosial.
b. Penyebabnya :
Akut encephalopathy disebabkan oleh : reaksi obat terapeutik, over dosis obat, hypoxia, hypoglikemi, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis yang disebabkan oleh: mycrobacterium toberculosis, virus herpes simplex, cytomegalovirus, sipilis, candida, limpoma. Akibatnya: sakit kepala, malaise, demam, paralisis keseluruhan atau sebagian, penurunan kognitif, distorsi, coma, kematian.
c. Neuropaty
Penyebab: inflamasi demyelinasi diakibatkan dari berlangsungnya serangan virus HIV, reaksi obat, kaporsi sarkoma, lesi. Akibatnya: penurunan kontrol motorik, ataksia, mati rasa pada bagian perifer, rasa panas, isolasi sosial.




3. GI.
Penyebab:
- Diare: disebabkan oleh cryptosporidium, isopora, cytomegalovirus, salmonela, KS, lympoma. Akibatnya: penurunan berat badan, anoreksia, fatique, inkontinensia.
- Hepatitis: disebabkan oleh virus hepatitis A,B,C,D dan E; penggunaan obat yang tidak resmi, alkoholisme, CMV. Akibatnya: anoreksia, mual, muntah, nyeri pada perut, jaundice, demam, malaise, kemerahan, nyeri sendi, hepatomegali, gagal hati, kematian.
- Anorectal disease disebabkan oleh: abses dan fistula pada daerah perifer anus, luka dan inflamasi pada perianal yang disebabkan oleh infeksi. Akibatnya susah BAB, terasa nyeri pada rectal, diare.
4. Pernapasan
Penyebabnya: infeksi oleh kuman TB, candida, taxoplasma gondi, virus influenza. Akibatnya napas pendek, batuk, nyeri, hipoxia, aktivitas intoleransi, capek, gagal napas dan kematian.
5. Dermatologi
Penyebabnya: lesi virus herpes simplex, pseudomonas, dermatitis, reaksi obat, scabies, kaposis sarcoma, dekubitus, kerusakan integritas kulit yang diakibatkan dari penekanan dan inkontinensia. Akibatnya: nyeri, panas, sepsis dan infeksi sekunder.
6. Sensori
Penyebabnya:
- Penglihatan: KS pada konjungtiva, megalovirus renitis. Akibatnya kebutaan.
- Pendengaran: otitis eksternal dan otitis media akut, tuli, meningitis, CMV dan reaksi obat. Akibatnya nyeri dan tuli.
KS jarang terjadi pada wanita, pengidap hemofili, anak-anak dengan AIDS. KS juga berperan dalam diagnosa AIDS. Namun frekuensi manifestasi infeksi HIV ini berkurang, KS dipertimbangkan neoplasma yang jarang sampai mendatangkan AIDS epidemik. Hal ini hanya ditemukan di Afrika atupun laik-laki tua keturunan Mediterania. Dalam bentuk klasik KA merupakan penyakit yang perkembangannya lambat. Perkumpulan KS dengan infeksi HIV bersifat menyerang beberapa bagian tubuh dan biasa berkembang di seluruh bagian tubuh. KS merupakan tumor malignan atau jinak pada endotelium, lapisan sel epitel pembuluh darah, jantung, jaringan limpoid dan serous. Secara keseluruhan dari organ tersebut dan lesi bervariasi warna dan ukuran merupkan bentuk dasar sejumlah darah yang dikandung. Lesi utama tampak di wajah, kepala dan rongga mulut.Lesi KS juga ditemukan di paru-paru, rectum, esofagus, nasofaring, hati, empedu, limfe, ginjal dan otak, organ tersebut menjadi multisentrik dari pada metastatik. Ini berarti bahwa lesi primer yang berat akan muncul di waktu yang sama di tempat yang berbeda di tubuh.
Orang yang mengidap KS, manifestasi pertama mereka dari imunosupresi adalah memikirkan prognosis yang baik. KS merupakan kontributor yang penting untuk kematian orang terinfeksi HIV.
Reaksi psikologis yang ditunjukkan oleh infeksi HIV dibutuhkan perawatan yang baik, seperti manifestasi fisik respon psikologis yang bervariasi, respon yang bervariasi tergantung budaya dan faktor sosial ekonomi, usia, gender dan kondisi hidup seseorang yang terinfeksi. Rasa takut dan cemas mwerupakan tahap awal. Keputusan diri sendiri untuk test HIV menimbulkan kecemasan karena hasil test adalah positif atau kecemasan meningkat oleh karena menunggu hasilnya.
Salah satu pertahanan psokologis yang digunakan orang yang posistif HIV sering kali mengerikan, yakni mencoba bunuh diri.Banyak respon ketakutan, mereka mengisolasi diri dari orang lain agar tidak diketahui. Banyak orang yang terinfeksi HIV asimptomatik, sering kali langsung hypokondria. Reaksi psikologis mungkin meningkat saat orang tersebut menjadi simtomatik. Seorang yang terinfeksi HIV bisa kehilangan pekerjaan, isolasi sosial dan nyeri fisik yang menetap. Orang yang dengan HIV cenderung memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain dalam memenuhi kebutuhan dasar dan kenyamanan. Kita perlu memberi suasana yang mendamaikan, yang penuh kasih sayang dan mermbantu dalam mempersiapkan kematian.


Reaksi psikologis terhadap infeksi HIV :
1. Reaksi saat diketahui seseorang positif HIV.
- Menolak.
- Mati rasa.
- Marah.
- Perasaan tidak berdaya.
- Kecemasan.
- Depresi dan keinginan bunuh diri.
- Takut kehi9langan kehidupan seks.
- Takut ditolak oleh oirang lain.
- Takut kehilangan pekerjaan
- Perasaan bersalah, takut hidup dengan infeksi yang mengancam.
- Hipokondria.
- Perubahan gaya hidup.
- Isolasi diri.
2. Reaksi menjadi gejala.
- Kesedihan berlebihan.
- Tidak ada harapan.
- Percobaan untuk bunuh diri.
- Keadaan memalukan misalnya gejala fisik dan diare.
- Kesepian.
- Reaksi stres pada perlakuan dengan menuntut pengobatan medis.
3. Reaksi kematian.
- Perhatian dengan memutuskan urusan hidup seseorang, misalnya: perdamaian, menentukan sifat.
- Preokupasi dengan nyeri dan kontrol nyeri.
- Preokupasi dengan gejala penyakit lain.
- Takut ditinggalkan sebelum meninggal.
- Takut mati.


F. Cara Penularan Hiv/Aids.
i. Penularan secara langsung.
- Kontak seksual langsung dengan seseorang yang terinfeksi.
ii. Terinfeksi melalui darah.
- Melalui jarum suntik, tato, tindakan yang tidak steril.
- Transfusi darah atau produk darah yang terinfeksi dengan virus AIDS melalui cairan tubuh.
- Pemberian obat per IV dengan seseorang yang terinfeksi.
- Luka dan melalui darah ibu ke fetus selama kehamilan.
Hal-hal yang tidak menularkan HIV:
- Perpindahan melalui udara, batuk.
- Bersentuhan (berjabatan tangan), merangkul.
- Bercuiman.
- Makan dan minum bersama.
- Mandi bersama.
- Gigitan nyamuk.
- Melalui keringat dan air mata.

G. Tempat Hidup Virus Dan Kelompok Orang Yang Beresiko.
a. Tempat hidup virus HIV di cairan tubuh manusia:
 Darah.
 Cairan sperma.
 Cairan vagina.
 ASI.
b. Kelompok orang yang beresiko terkena HIV/AIDS :
 Homoseksual, biseksual, penggunaan obat - obatan IV, WTS dan orang yang mempunyai partner seks yang berganti - ganti
 Orang yang partner seksnya mempunyai pasangan seks yang lain
 Orang yang menggunakan peralatan medis, seperti: netles, syringes, cookers.
 Orang yang terkena melalui hubungan seks.
 Mereka yang mendapat transfusi darah, bayi baru lahir yang ibunya terinfeksi juga.

H. Test Hiv.
1. Test HIV.
Test HIV dapat dilakukan jika seorang mempunyai antibodi HIV dalam darah.Test HIV dilakukan dengan menggunakan darah vena. Ada 2 test yang biasa digunakan yaitu test pertama Elisa test. Jika hasilnya negatif berarti tidak dilakukan test lanjutan, tetapi jika hasilnya positif maka selanjutnya akan dilakukan test Western Blot. Jika pada test yang kedua ini hasilnya positif maka orang tersebut dianggap terinfeksi HIV.
2. Orang yang harus ditest.
Orang yang harus ditest adalah orang yang terpapar terhadap HIV atau orang yang mempunyai pola hidup yang beresiko terpapar HIV harus ditest.HIV ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui kontak seksual dan darah. Orang-orang yang dianggap beresiko tinggi antara lain:
- Homoseksual, biseksual, pengguna obat-obat IV, WTS dan orang-orang yang mempunyai partner seke yang berganti-ganti.
- Orang yang partner seksnya mempunyai pasangan seks yang lain
- Orang yang menggunakan peralatan medis seperti netles, syringes, cookers.
- Orang yang mendapat penyakit akibat dari seks
- Orang yang mendapat transfusi darah.
- Bayi yang lahir dari ibu yang mempunyai virus AIDS juga dapat terinfeksi
3. Prosedur test HIV
- Test Confidential seperti test medis lainnya. Didapat dari hasil pencatatan medis.Tetapkan teman-teman dan pemimpin anda untuk mengcopi medical record anda, yang memuat test antibodi HIV anda.
- Test Anonymous, orang yang tidak memberitahukan nama. Beberapa orang hanya diberikan nomor kode, dan kamu harus memberi kode untuk menentukan hasil test.Dengan test Anonymous, keputusan tergantung pada seseorang juga dokter dan ini sangat individual.
4. Bila arti test negatif
Jika hasil test anda negatif, itu berarti bahwa ttidak ada antibodi HIV dalam darah anda. Pada 4-12 minggu sesudah orang terinfeksi maka akan terbentuk antibodi HIV. Hal ini berarti orang yang baru terinfeksi, hasil test dapat negatif. Oleh karena itu jika anda termasuk kelompok resiko tinggi, dimana kamu ingin test lakukan 6 bulan setelah terpapar. Apabila hasil test tetap negatif anda dan pasangan seks anda harus melindungi diri dengan menggunakan kondom.
5. Hal-hal yang terjadi jika hasil test positif
Test HIV positif tidak berarti bahwa anda langsung terserang AIDS sekaerang tetapi anda akan mendapatkannya di masa yang akan datang. Kita tidak tahu apakah seseorang yang terinfeksi HIV akhirnya berkembang ke AIDS.
Kita tahu bahwa beberapa orang yang terinfeksi selama beberapa tahun dan tidak berkembang ke AIDS. Ini menunjukkan bahwa perawatan diri yang baik pada diri seseorang, fisik dan emosi, dapat memberikan hidup beberapa tahun pada orang yang terinfeksi HIV
Yang terutama tidak perlu panik. Infeksi HIV hanya sebagian dari seluruh total gambaran kehidupan anda. Jagalah selalu kesehatan diri anda, kontrol teratur ke dokter, suport emosi, lindungi diri dari virus AIDS, lindungi diri dari aktivitas.
6. Kepada siapa diceritakan
Katakan kepada dokter anda sehingga mereka mampu memberitahukan kepada anda kemungkinan perawatan yang terbaik.Anda juga bisa katakan kepada pasangan seks anda dan anjurkan agar mereka juga melakukan test.diskusikan dengan mereka bagaimana cara melindungi diri.
Ini penting agar orang lain dapat membantu anda,teman dan semua orang yang positif HIV. Tetapi kamu yang harus menentukan sendiri orang-orang yang kamu percaya meskipun akhir-akhir ini sudah banyak diberikan pendidikan kepada publik tetapi masih juga ada salah paham tentang infeksi HIV dan AIDS.




Saat test HIV anda positif
Test HIV positif bukan berarti kena AIDS. Itu berarti anda diinfeksi virus HIV dan harus mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan cegah transmisi.

Pengobatan anda
Test positif hanya sebagian dari gambaran keadaan. Dokter akan memberikan pengobatan atau tindakan tertentu untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi. Obat yang diberikan seperti AZT dapat mencegah perkembangan HIV. Anda harus peka terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh anda, karena tubuh sangat rentan terhadap infeksi. Segera ke dokter bila terjadi sakit akut atau terjadi perubahan dalam tubuh (seperti demam, nyeri,batuk, napas pendek, perdarahan, perubahan kondisi kulit)

Pentingnya pola hidup sehat
Jaga kesehatan tubuh anda karena dengan begitu bisa melawan infeksi HIV. Nutrisi dan istirahat yang cukup diperlukan dan latihan juga sangat penting ini dapa menguatkan tubuh, meningkatkan energi dan stamina.Hindari alkohol atau menggunakan obat-obatan IV, sebab dapat membuat inefeksi HIV menjadi lebih buruk dan mengarah ke aids. Alkohol dan obat- oabtan dapat juga merusak keseimbangan tubuh anda.

Koping
Koping terhadap diagnosa HIV memang sangat sulit, beberapa orang merasa bahwa hidup ini hanya sendiri. Tetapi bantu untuk keluarkan dari perasaan itu dan katakan bahwa dia tidak sendiri. Segera dapatkan bantuan dari psikologis atau psikiatrik. Orang-orang ini dapat memberikan support emosional dan membantu dalam menghadapi masalah-masalah sosial yaitu pandangan masyarakat tentang AIDS. Teman-teman dan keluarga dapat juga bersama membantu anda. Inbformasi tentang HIV dan AIDS perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas.
Bagaimana cara untuk melindungi diri
Seks: pastikan bahwa pasangan seksual anda tidak mempunyai pasangan seks yang lain.Memeluk, masturbasi,menggosok-gosok tidak bisa menularkan virus HIV sejauh kita tidak mempunyai kulit yang luka. Jika kamu mempunyai pasangan seks, cara-cara unutk melindungi diri dari infeksi:
o Gunakan kondom dari awal sampai akhir.
o Jangan pernah melakukan sesuatu yang dapat menyebabkan luka, abrasi atau perdarahan (seperti anal intercause).
o Gunakan lubricant seperti K..Y Jelly, jangan gunakan saliva oil lubricant seperti spetrolium jelly atau minyak sayuran.
o Hindari oral seks.
o Hindari deep-kissing.
Penggunaan obat-obatan
Jika kamu pemakai obat-obatan, segera hentikan sebab dapat memperburuk HIV. Selama kamu berusaha menghentikan:
o Jangan bekerja sama dengan orang lain.
o Jangan bekerja sama dengan orang lain yang juga menggunakan obat-obatan.
o Jika kamu menggunakan alat-alat, bersihkan kembali dengan obat pemutih dan air.
Wanita : Jangan dulu hamil sebab virus yang anda derita dapat diturunkan ke bayi anda. Anak yang lahir dengan virus AIDS meninggal sebelum umur 2 tahun. Kehamilan dapat memperburuk infeksi HIV dan beberapa wanita akan sering sakit dan dapat meninggal selama hamil. Jika kamu siap mempunyai bayi, jangan beri ASI sebab anda dapat memberikan virus itu lewat ASI.
Sumbangan/donor : Jangan memberikan donor darah, sperma atau organ-organ tubuh.



I. Studi Diagnostik Dan Penemuan.
 Test untuk diagnosa HIV
ELISA : Positif terhadap antibodi HIV (karena kemungkinan hasil positif tidak benar. Test ini akan dibuat 2 kali).
Western Bolt : Positif akibat indikasi kehadiran antibodi HIV. Test ini positif dengan ELISA; negatif akibat indikasi bukan antibodi.
P24 antigen test : Positif karena indikasi sirkulasi antigen HIV
Culture HIV : Dasar positif pada ukuran adanya kebalikan rekaman aktivitas dalam suspek T Limfosit (akan diambil 60 hari sampai mendapatkan hasil).
 Test untuk perusakan sistem imun: berubahnya hasil test dalam petunjuk indikasi adalah tanda memburuknya status imun.
Hematokrit : Pengurangan dalam ukuran normal dari 37%-49%.
Eritrosit sedimentasi rate : Elevasi ukuran normal <15 mm/h. CD4 limphocytes : Pengurangan dalam ukuran normal dari 600-1200. CD4/CD8 limphocytes ratio : Normal 2:1-ratio menurun atau sebaliknya. Serum neopterin : Elevasi di atas garis normal. Serum B2 microglobulin : Elevasi nilai normal dari 12-18 g/dl. WBC : <3500 sel/mm³.  Test keseluruhan status kesehatan dari HIV-menulari manusia. Test berikutnya akan dilakukan setelah seseorang positif HIV. Akan dilindungi periodikal untuk monitor kesehatan secara umum dan respon terhadap gejala. Saat hasil test individu ada indikasi patologi, maksudnya menentukan garis dasar untuk dijadikan perbandingan pada penemuan berikutnya. CBC, diferensial, jumlah platelet SMA-12 atau jalur penyaringan darah yang serupa. Test serologi syphilis, toxoplasma, cryptoccus dan hepatitis Urynalisis, x-ray dada Pap smear atau test kehamilan Tuberkulin skin test: reaksi lemah dari 5 mm indurasi adalah positif untuk imun seseorang.  Test untuk penyakit pada oral Inspeksi : tampak lesi oral. Pemeriksaan mikroskopik pada sediaan spesimen sputum: positif sel ragi candida. Kultur virus herpes simplex : positif virus herpes simplex Pemeriksaan mikroskopik jaringan/biopsi jaringan: positif multinuclear sel raksasa Mikroskopi elektron : positif partikel virus. Pemeriksaan biopsi jaringan: positif adanya kutil, KS dan atau sel seukoplakia berbulu.  Test untuk penyakit neurologi Pemeriksaan neurologi : hiperfleksi, tanda barbinski, alaxia (hilang keseimbangan), ketidakmampuan untuk melakukan ADL. Pemeriksaan status mini-mental: penurunan fungsi mental. CT Scan/MRI: lesi abnormal cerebral, atropi, distorsi ventrikel infark. Elektroenchepalogram: Generalizet Blowing (perlahan menyamaratakan). Elektromyelogram: elektikal abnormal kondusi. Analisis CSF: protein dan darah terdapat penemuan abnormal.  Test untuk penyakit GI Endoscopy: gambaran lesi GI Kultur dan pemeriksaan mikroskopik feces, cairan GI/biopsi jaringan: positif patogen edan lesi KS ataub lympoma. Enzim hepatic (AST, ALT) (ADP): elevasi di atas baseline pasien. Bilirubun: elevasi di atas baseline pasien CT Scan/ultra sound abnormal: pembesaran hati atau keadaan abnormal lainnya. Sigmoindscopy: gambaran penyakit rectal. Inspeksi anus: gambaran lesi, KS atau eksudat X-ray: penemuan abnormal. Test fungsi pulmonal: penurunan fungsi. Pemeriksaan jaringan hasil broncoscopy atau biopsi paru-paru terbuka: karateristik organisme atau neoplasma. Gallium citrate scan: peningkatan uptake pada individu yang HIV. Pemeriksaan kultur sputum atau sekresi broncial oleh lavage: positif karateristik patogen. Anlisa gas darah: indikasi adanya hipoxemia.  Test untuk penyakit sistem sensori Pemeriksaan opthalmic: kerusakan retina konsisten dengan CMV retinitis. Audiometry: pendengaran berkurang.  Test penyakit dermatologi Uji mikroskopik lesi biopsi: muncul karateristiklasi, patogen atau neoplasma. J. Manajemen Medik. Tujuan manajemen medik infeksi HIV adalah mempertahankan status imun pada level tinggi untuk mencegah kesempatan masuknya penyakit. Pendekatan ini ada 3 macam. Yang pertama adalah mempromosikan status umum kesehatan (promosi kesehatan) dan memperbaiki atau mempertahankan fungsi imun dan mengobati penyakit serta pendidikan pasien terhadap perlakuan untuk memperbaiki resistensi infeksi yang tepat. Yang kedua adalah mencegah infeksi yang memicu T4 pembantu aktivitas sel dan yang berikut adalah replikasi HIV. Ini adalah imunisasi yant bagus yang disiapkan dan profilaksis. Yang ketiga adalah menekan aksi HIV. Terapi obat Pencegahan infeksi: imunisasi, campak, mumps dan rubella (MMR); antibvaksin polio (IPV); vaksin pneumoccocal dan vaksin influenza tahunan. Individu dengan resiko hepatitis B akan mendapatkan vaksin hepatitis B. Antiinfeksi terapi digunakan untuk menekan pertumbuhan patogen, karena agen ini tidak membatasi dalam kerja sama imun. Beberapa pasien mempertahankan agen antiinfeksi setelah adanya kumpulan gejala yang muncul berubah. Prophylaxis dapat digunakan untuk semua jenis infeksi pneumocytis carinii; trimethropin/sulfametoxazole (bactrim). Penekanan HIV ini adalah laju area laju perkembangan dan test siap percobaan obat. agen utama mempunyai aksi antiviral. Salah satunya menghalangi replikasi HIV, mencampuri virus yang mampu untuk memberikan reseptor CD4, eliminasi HIV reservoirdalam sel atau aktivasi pertahanan antiviral. Zidovidine, juga disebut AZT adalah hanya diakui untuk menekan HIV. Tindakan atau peran AZT mengganggu sintesis DNA sehingga menghambat replikasi HIV. AZT pada awalnya menggunakan dosis tinggi. Manajemen Umum Untuk Promosi Kesehatan. Pengobatan pada masalah kesehatan yang ada: jumlah status HIV menulari manusia pada resiko untuk semua kondisi kesehatan bahwa uninfected person dari umur dan jenis kelamin termasuk kehamilan dan komplikasi kehamilan, penyakit kronik seperti diabetes atau ulcer gastric, penyakit psikiatrik dan alkohol atau penyalahgunaan obat. Perawatan kesehatan mental: hal ini dipercaya bahwa depresi klinikal memiliki efek negatif pada fungsi sistem imun atau yang berpengaruh pada depresi gaya hidup individu dan kemampuan untuk mematuhi pengobatan. Oleh karena itu psikoterapy dan antidepresant terapi seringkali digunakan. Manajemen Medik AIDS-Penyakit Yang Berhubungan Terapi Obat: - Manifestasi oral: mencuci mulut dengan antimicrobial: steroid topical; kemoterapi pada lesi KS. - Manifestasi neurologi: psikostimulans,obat anticemas, antidepresan, antipsikotic; analgesik untuk nyeri; kemoterapi dan atau radioterapi untuk CNS limpoma. - Manifestasi GI: obat salap topical untuk penyakit ano-rectal; kemoterapi untuk lesi KS dan limpoma; antinausea dan agen antidiare. - Manifestasi dermatologi: lindane untuk scabies; steroid topical untuk meningkatkan penyembuhan; lotion topical untuk kulit kering, kemoterapi untuk lesi KS. - Manifestasi respiratori: kemoterapi untuk KS dan limpoma; radioretapi untuk lesi KS. - Manifestasi sensori: kemoterapi untuk occular dan kelopak mata lesi KS (jika lesi juga meluas di tempat lain dalam tubuh); salap optalmic untuk nonoportunistik infeksi bakteri; sistemic antimicrobial untuk otitis media; radioterapi untuk lesi KS. Manajemen Umum - Manifestasi oral : pembersihan plaque; ajarkan oral higiene. - Manifestasi neurologi : konsultasi psikiatrik; penilaian medikasi menggunakan aturan atau efek dari polypharmacy; ajarkan pasien teknik untuk hidup dengan melemahnya kognitif; konseling keluarga dan pelayanan sosial untuk menyediakan kebutuhan bahwa kecemasan akibat hospitalisasi dan atau obat serta penggunaan alkohol. - Manifestasi GI: terapi diit, memasukkan suplemen, cairan dan elektrolit. - Manifestasi dermatologi: egg crate atau water matres untuk mengurangi tekanan; monitor obat untuk mencegah reaksi dermatologi. - Manifestasi respiratori: oksigen, hidrasi, melembabkan udara, bantuan respirasi. - Manifestasi sensori: penglihatan dan pendengaran. Pembedahan - Manifestasi oral: debredimen periodontitis; eksisi kutil dan lesi KS; radioterapi dan laser pembedahan untuk KS. - Manifestasi GI: pengangkatan neoplasma dan kutil; drainase abses; debredimen lesi ano-rectal. - Manifestasi dermatologi: pembedahan dengan menggunakan elektro dan laser; eksisi pada lesi, kuretase. Terapi Obat Antiinfeksi Untuk AIDS Organisme Sistem tubuh Agen antiinfeksi (hanya nama generik) Bacteri: - Mycrobacterium Tubercolosis Sum-sum tulang dan pernapasan Isoniazid, Cycloserine, Ethionamide, Ethambutol, Clofazamine, Rifabutin. - Mycrobacterium Avium Intraseluler Sistemik (MAI bukan tipe TBC) Rifabutin, Ethambutol, Cycloserine, Ethionamide, Clofazimine. - Spesis Salmonela (Salmonellosis) GI, Bladder, Sistemik Ampicillin, Amoxillin, Chlo rampenicol - Chylamydia Trachomatis (Shylamidia) GI, Respiratori Eritromicin,Tetracycline VIRUS: - Herpes Simplex (herpes) Oral, Genital, Mucosa rectal, Kulit, Kon jungtiva, CNS Acyclovir - Herpes Zoster (single) Perifer nerves dan Kulit Acyclovir - CMV Infeksi Retina,GI,CNS dan pernapasan. Gancyvlovir (DPHG) HELMINTHS: - Strongyloide Stercolaris (Strongylodiasis) Saluran Intestinal Thiabendazole, Albendazole - Cryptoccocus Neofarmans (Cryptoccocis) CNS, pernapasan, kulit, sum-sum tulang S-Flucytosine dengan Amphotericin B atau Amphotericin B saja. - Hitoplasma Capsutalum (Histoplasmosis) Sistemik, Sum-Sum Tulang, GI, Kulit Amphotericin B, Ketoconazole - Candida Albicans (Candidiasis) GI, Mulut, Pernapasan, Area Ano-Rectal, Genital Ketoconazde, Nystatin, Cotrimoxazole, Amphotericin B Protozoa: - Pneumocystis Carinii (PCP) Pernapasan Cotrimoxazole, Pentamidine, Trimitrexate, Leucovorin, Sulfametoxazole atau Trimethropin - Toxoplasma Gondii (Toxoplasmosis) CNS, Nodus Limpa, Pernapasan Pyrimethamine, Sulfametoxazole - Micosporum Species (Microporosis) Kulit, GI Griseofulvin, Antifungal, Topical - Giardia Lamblia (Giardiasis) GI Metronidazole, Quinancrine - Entamoeba Histolytica (Amubiasis) - Metronidazole, Iodoquinol Perawatan Untuk Pasien HIV Perawatan orang dengan HIV sedikit berbeda dengan orang yang mengalami masalah kesehatan akut dan kronik lainnya. Orang dengan HIV, perawatannya harus secara menyeluruh dan mudah untuk menemukan kebutuhan kompleks dari pasien dengan infeksi HIV. K. Upaya Pencegahan. Upaya pencegahan untuk orang dengan HIV menggunakan istilah ABCDE, yaitu: A= Abstinence Tidak berhubungan seksual. B= Be Faithful Saling setia dengan satu pasangan C= Condom Selalu memakai kondom saat berhubungan seksual D= Diagnosa diri dan Drug Memeriksakan diri sedini mungkin bila punya resiko E= Equipment Menggunakan peralatan yang steril ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian.  Riwayat: tes HIV positif atau mungkin terdapat virus, riwayat tingkah laku yang beresiko tinggi, diagnosa STD, hepatitis B, limpadenophaty yang menetap, atau penyakit infeksi lain. Laporan penggunaan berbagai jenis obat meliputi penulisan resep obat, OTC, reaksi dan kekebalan terhadap obat.  Keadaan Umum: pucat.  Gejala subyektif: demam kronik, dengan atau tanpa kedinginan, keringat di malam hari, malaise, kelemahan, keletihan yang sangat berat, anoreksia, kehilangan berat badan, nyeri dan sulit tidur.  Psikososial: nampak cemas, riwayat hilangnya pekerjaan dan jaminan kesehatan, diasingkan dari orang lain, perubahan situasi kehidupan, dann perubahan kehidupan lain, mengungkapkan perasaan bersalah, sedih atau sakit.  Satatus mental: perubahan tingkah laku, mengungkapkan kemarahan dan keputusasaan, sedih, ide bunuh diri, kelesuan, menarik diri, hilangnya ketertarikan pada keadaan disekelilingnya, penjualan atau pemberian hak milik, gangguan proses pikir, gangguan pendapat: berpikir lambat, hilang ingatan, bingung, gangguan perhatian dan konsentrasi, gangguan komunikasi, aphasia, sulit menemukan kata-kata, halusinasi, delusi.  Kepala, mata, telinga, hidung dan tenggorokan: nyeri periorbital, photopobia, pandangan kabur dan penglihatan ganda, kehilangan penglihatan total, odema facial, tinitus atau hilangnya pendengaran, timbul lesi berwarna putih atau merah dalam rongga mulut, ulser pada bibir atau di dalam mulut, mulut kering, perubahan suara, dysphagia, kelenjar getah bening yang jelas, epistaksis.  Neurologi: perubahan refleks pupil, nistagmus,neuoropaty, vertigo, ketidaksemimbangan, ataksia, neuromuskular yang tidak terkoordinasi, sakit kepala yang hebat, serangan yang tiba-tiba, hilangnya kesadaran, paraplegi, kuadraplegi.  Muskuluskeletal: kerusakan otot, kerusakan fecal motor, kelemahan dan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas dan latihan.  Kardiovaskuler: tachicardi b.d demam, hypotensi b.d dehidrasi, HR yang tidak teratur, dizzines b.d ketidakseimbangan elektrolit, tidak ada nadi peripheral dan edema peripherial.  Pernapasan:dyspnea, tacipnea, cyanosis, napas pendek, menggunakan asesoris otot pernapasan, posisi tubuh untuk memfasilitasi pernapasan, batuk produktif atau non produktif, bunyi jantung jauh atau menurun pada saat auskultasi.  Pencernaan: menurunnya intake makanan dan minuman, melaporkan adanya nyeri mulut (penyebab kesulitan makan), anoreksia, nausea, muntah, penurunan berat badan, diare inkontinensia, abdomen lunak, kejang atau kram, hepatomegali, splenomegali, jaundice, bunyi bowel (tidak ada atau hiperaktif), lesi pada anus, perdarahan rectal.  Genitouri: lesi atau eksudat pada genitalia, pada wanita dilaporkan adanya nyeri pelvic, penurunan urine output b.d dehidrasi, inkontinensia.  Integumen: melaporkan adanya kekeringan dan pruritus, keringat di malam hari, rash atau lesi di beberapa bagian tubuh, berwarna merah-violet, timbul lesi, petechiae, kelenjar getah bening yang jelas, jaundice, turgor kulit yang jelek b.d dehidrasi, kulit hangat dan basah bila disentuh, tanda-tanda dari penggunaan obat IV. B. Diagnosa Keperawatan. 1. Potensial terhadap infeksi b.d imunosupresi, efek kemoterapi atau radiasi, sering melakukan venipuncture, malnutrisi dan gaya hidup yang beresiko tinggi Data penunjang : riwayat gaya hidup yang beresiko tinggi, penemuan laboratorium untuk infeksi HIV dan imunosupresi, melaporkan terjadinya demam dan keringat di malam hari, penurunan berat badan, fatique, kulit pucat dan turgor kulit jelek. 2. Potensial terhadap infeksi kontak b.d infeksi HIV, gaya hidup dan adanya kesempatan infeksi nonoportunistik yang dapat ditransmisi. Data penunjang : riwayat terpaparnyan HIV, sekresi tubuh, eksresi, atau eksudat yang mengandung patogen, demam, lympadenopati dan lesi. 3. Gangguan proses berpikir b.d infeksi HIV pada CNS atau patogen lain, penyakit yang berbahaya, hypokemia, reaksi obat, depresi. Data penunjang : melaporkan adanya lupa ingatan, lambat dalam berpikir dan memecahkan masalah, menunjukkan kebingungan, gangguan berpendapat, disorientasi, perubahan personality, hilangnya ingatan, delusi dan halusinasi, tanda-tanda meningitis, tanda-tanda tidak dapat memelihara diri sendiri (contoh: kegagalan untuk makan, adanya penemuan data laboratorium atau diagnostik pada infeksi CNS atau penyakit berbahaya. 4. Potensial injuri b.d penyakit CNS, perubahan status mental, kelemahan atau kerusakan neuromuskular. Data penunjang : melaporkan adanya lupa ingatan, dugaan yang tidak nyata terhadap diri, kelemahan, penglihatan yang kurang, gangguan rasa dan ekstremitas, jatuh, menunjukkan adanya gangguan keseimbangan gaya berjalan dan kekuatan otot, kebingungan dan memiliki seizur. 5. Potensial keracunan b.d efek toxic dari terapi pengobatan. Data penunjang : ketergantungan obat, pusing, gangguan sensori, hipertensi, rash, edema, gugurnya rambut, gangguan jiwa, sedasi, hilangnya kesadaran. 6. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, gangguan CNS, dan neurologic, malnutrisi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, kelelahan, gangguan pertukaran oksigen. Data penunjang : melaporkan adanya kelelahan, kelemahan, napas pendek dan tumor, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dan latihan, atropi otot, paralisis pada tungkai dan lengan, dyspnea dan tachicardi, inkoordinasi psikomotor. 7. Ganguan persepsi sensori (penglihatan, pendengaran dan kinestik) b.d retinitis CMW, infeksi otik dan kerusakan CNS oleh HIV. Data penunjang : melaporkan photopobia, kehilangan penglihatan, gangguan pendengaran, ataxia, apraksia. 8. Gangguan komunikasi verbal b.d penyakit CNS. Data penunjang : menunjukkan ketidakmampuan mengenal atau mengerti tulisan atau pembicaraan sulit, sulit mengucapkan kata-kata, tidak dapat mengingat anggota keluarga. 9. Nyeri kronik b.d penyakit neurologik, tekanan lesi KS pada syaraf dan lympadhenopati. Data penunjang : melaporkan nyeri terbakar pada ekstremitas, nyeri kepala hebat atau terasa lunak pada daerah kelenjar getah bening yang luas. 10. Gangguan pola tidur b.d kecemasan, keringat pada malam hari, kedinginan dan jadwal pengobatan. Data penunjang : melaporkan adanya kesulitan tidur, perubahan pola tidur dan kelelahan setiap hari. 11. Isolasi sosial b.d ketakutan orang lain terhadap AIDS, penolakan keluarga, cacat di mata masyarakat, penarikan diri pasien dari orang-orang dan aktivitas. Data penunjang : melaporkan hilangnya pekerjaan, tinggal seorang diri, tingkah laku pendiam, tidak ada pengunjung di RS, mengekspresikan kesepian. 12. Kurang perawatan diri dalam semua aktivitas dan latihan b.d kondisi yang buruk, dyspnea, perubahan mental, gangguan neurolgik, depresi, kemiskinan. Data penunjang : cepat lelah dalam perawatan diri, beristirahat di tempat tidur, menurunnya partisipasi dalam melakukan aktivitas perawatan diri 13. Gangguan pengelolaan biaya hidup di rumah b.d intoleransi aktivitas, tidak adekuatnya keuangan, kurangnya pengetahuan tentang sumber pertolongan. Data penunjang : melaporkan tinggal sendirian dengan keadaan terbatas dan tanpa pertolongan, keuangan yang terbatas, melaporkan dan menunjukkan ketidakmampuan dalam perawatan diri. 14. Kecemasan b.d diagnosis; takut terhadap pengobatan, hospitalisasi, nyeri, kematian, kehilangan yang dihubungkan dengan diagnosa HIV. Data penunjang : mengekspresikan ketidakberdayaan, marah, menyesal, takut, menyangkal, menunjukkan kegelisahan, agitasi, tidak dapat tidur. 15. Tidak berdaya b.d kurangnya prognosis penyakit dan merasa hilangnya kontrol pada hal penyakit dan keputusan perawatan kesehatan. Data penunjang : mengungkapkan tidak dapat mengontrol kehidupan, pengobatan yang akan datang, ekspresi marah, apatis /pasif,meningkatnya ketergantungan pada orang lain, menunjukkan tidak terpenuhinya aturan hidup dalam pengobatan. 16. Sedih atau putus asa b.d banyaknya kehilangan (kesehatan), kecantikan, pekerjaan, jaminan, hubungan baik dengan anggota keluarga, hilangnya masa depan diri. Data penunjang : perasaan depresi, kurangnya komunikasi, meningkatnya kegiatan istirahat di atas tempat tidur, menjual atau memberikan semua hak miliknya, menunjukkan kemarahan/ekspresi marah, dukacita, gagasan bunuh diri, menunjukkan tidak terurusnya diri sendiri. 17. Gangguan pertukaran gas b.d infeksi pulmonal atau penyakit lainnya. Data penunjang : melaporkan adanya napas pendek, batuk produktif atau nonproduktif, fatique, dyspnea, tachypnea, menggunakan otot asesoris pernapasan, bunyi napas menurun, cianosis, penemuan laboratorium dan radiographi pada penyakit pernapasan. 18. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d menurunnya intake. Data penunjang : melaporkan tidak dapat makan, penurunan napsu makan, muntah, diare, kehilangan berat badan >20 % dari normal, pucat, abdomen lunak, pembesaran hati atau limpa, penemuan laboratorium ada indikasi anemia, parasit intestinal atau penyakit lain.
19. Diare b.d infeksi saluran GI atau penyakit lain, kemoterapi, radiasi atau reaksi obat-obatan.
Data penunjang : naik hingga 20 cairan strool tiap hari, abdomen yang lunak, bunyi bowel hiperaktif, penemuan laboratorium dan diagnostik menunjukkan indikasi infeksi intestinal atau penyakit lain.
20. Kurang volume cairan b.d nausea, vomiting, diare, demam dan diaporesis.
Data penunjang : melaporkan adanya vomiting, diare, demam, menurunnya intake cairan, hilangnya berat badan, mulut kering, pusing dan diaporesis, turgor kulit menurun, hypotensi, oliguri, anuri, penemuan laboratorium terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.
21. Hipertermi b.d infeksi.
Data penunjang : penyimpangan temperature, panas, kulit merah, tachicardi, diaporesis.
22. Kerusakan integritas kulit b.d infeksi kulit, lesi KS, malnutrisi, imobilisasi, inkontinensia, terapi radiasi.
Data penunjang : melaporkan adanya gatal, panas, rash, lesi atau dekubitus pada beberapa bagian tubuh, gangguan pada genital atau daerah perianal, edema ekstremitas.
23. Kerusakan membran mukosa b.d infeksi oral, faringeal atau esofagus, malnutrisi.
Data penunjang : melaporkan adanya rasa sakit pada mulut atau kerongkongan, dysphagia, perubahan rasa, inflamasi, atau lesi pada mukosa oral dan pharingeal, perdarahan gusi atau hidung.
24. Gangguan pola seksual b.d takut terjadinya transmisi HIV, gangguan aktivitas sosial, terputusnya hubungan baik, aktivitas intoleransi.
Data penunjang : melaporkan adanya perubahan gaya hidup dan aktivitas sosial, hilangnya orang yang berarti.
25. Tidak efektifnya koping individu b.d kecemasan tentang kasih sayang pada satu kondisi, takut infeksi, lamanya disfungsional hubungan baik, tuntutan perawatan pasien.
Data penunjang: keluarga menunjukkan tingkah laku kecemasan atau bermusuhan, tidak mengunjungi pasien, pasien mengekspresikan mengenai bagaiman koping keluiarga, pasien dirawat oleh keluarga di rumah.

C. Perencanaan.
Goal:
1. Pasien akan bebas dari infeksi dan komplikasinya.
2. Infeksi HIV tidak dapat ditransmisikan melalui kontak pasien, pemeliharaan kesehatan para pekerja diamati penyebab cairan tubuh dan darah, pasien mengamati cara-cara untuk mencegah transmisi HIV atau patogen lain.
3. Pengaruh gangguan proses pikir dalam kehidupan pasien akan dikurangi.
4. Pasien tidak akan mempunyai pengalaman injuri karena kecelakaan atau jatuh.
5. Dapat dicegahnya interaksi obat atau reaksi alergi dapat dihindari, pasien akan menyediakan sendiri obat-obatan sesuai yang ditentukan atau diinstruksikan.
6. Pasien akan berpartisipasi dalam aktivitas yang menggunakan energi sesuai kemampuannya, akan bebas dari dyspnea dan tachicardi selama aktivitas.
7. Pasien tidak akan bingung atau takut oleh stimulus lingkungan,injuri tidak diakibatkan karena gangguan penglihatan,pendengaran atau rasa kinesthetie.
8. Komunikasi dengan pasien akan ditingkatkan, pasien mengkomunikasikan kebutuhan melalui metode tanpa suara/berbicara jika dibutuhkan.
9. Pasien akan memperoleh keringanan dari rasa nyeri
10. Pasien akan memperoleh istirahat dam waktu tidur yang cukup.
11. Pasien akan memelihara hubungan baik dengan orang yang penting baginya atau menyesuaikan diri terhadap perubahan hubungan kekerabatan, pasien akan diperkenalkan pada sumber suport sosial lainnya.
12. Pasien akan memiliki kebutuhan untuk bertemu setiap hari dengan yang lain selama episode penyakit akut dan akan berpartisipasi dalam perawatan diri sesuai toleransi.
13. Pasien dan orang penting lainnya akan mengetahui tentang sumber komunitas dan pelayanan untuk memfasilitasi manajemen di rumah.
14. Pasien akan mengungkapkan kecemasan.
15. Pasien akan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dikontrolnya dan membuat informasi tentang dirinya, hukum dan kebutuhan perawatan kesehatan, pasien akan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan yang berhubungan deengan pengobatannya.
16. Pasien akan mulai menunjukkan kemajuan dari proses kesedihan.
17. Pasien akan menunjukkan pola pernapasan yang normal, tingkat gas darah dan oksigenasi seluler, pasien akan menunjukkan kemampuan pemenuhan atau pemberian oksigen sendiri, pasien akan menunjukkan keringanan gejala dyspnea dan kekurangan udara.
18. Pasien dapat mempertahankan intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik, berat badan akan stabil atau meningkat seperti pada keadaan sebelumnya.
19. Pasien akan memperoleh tingkat kenyamanan yang maksimum dan mengontrol diare, komplikasi diare akan dikurangi.
20. Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan.
21. Temperature tubuh akan dipertahankan pada keadaan yang normal, kenyamanan dan keamanan dapat dipertahankan untuk pasien yang mengalami demam.
22. Pasien akan bebas dari lesi kulit, kerusakan kulit lebih lanjut dapat dicegah.
23. Kerusakan mukosa membran dapat dikurangi, pasien akan menunjukkan kenyamanan oral.
24. Pasien atau pasangan akan memberikan suport dan konseling untuk kemungkinan dimulainya lagi aktivitas seksual atau alternatif kepuasan seksual.
25. Keluarga akan kuat dan mempertahankan mutu sistem support dan beradaptasi terhadap tuntutan perubahan pasien.






D. Implementasi.
DX I : Potensial infeksi
 Monitor adanya tanda-tanda baru infeksi
R/ untuk pengobatan dini
 Gunakan teknik aseptik
R/ menghindarkan pasien dari patogen yang diperoleh selama di rumah sakit
 Instruksikan pasien dalam menggunakan metode untuk menghindari patogen lingkungan
R/ mencegah penambahan infeksi utama atau pokok
 Dapatkan spesimen untuk analisis laboratorium sesuai petunjuk
R/ menjamin diagnosis dan pengobatan yang akurat
 Berikan anti infeksi sesuai petunjuk
R/ mempertahankan level darah terapeutik terhadap obat

DX II : Potensial infeksi kontak
 Instruksikan pasien atau orang penting lainnya cara-cara untuk mencegah transmisi HIV atau patogen lainnya
R/ pasien ingin dan membutuhkan informasi ini
 Gunakan tindakan pencegahan terhadap darah dan cairan tubuh bila merawat pasien.Gunakan barier atau penghalang lain seperti masker atau sesuai kebutuhan
R/ meskipun resiko transmisi HIV ke para petugas kesehatan sangat kecil, tetapi nyata. Resiko terbesarnya hepatitis B atau TB yang lebih luas.

DX III : Gangguan proses berpikir
 Kaji status mental dan proses neurologik
R/ untuk menentukan data dasar
 Monitor infeksi, keseimbangan elektrolit, interaksi obat, depresi, hipoksemia, pemberian terapi sesuai anjuran
R/ Kondisi ini dapat diobati

 Atur lingkungan, pertahankan kenyamanan dan stimulus keluarga
R/ untuk meminimalkan disorientasi stimulus
 Dorong pasien untuk memiliki obyek dekat yang dikenal. Orientsikan pasien terhadap kejadian-kejadian baru dilingkungan. Sediakan petunjuk untuk orientasi (jam, kalender).
R/ mengingat kembali, menolong memori dan orientasi
 Dorong pasien untuk latihan pegangan dalam langkah-langkah tambahan, berbicara pelan dan sederhana, instruksi yang pendek.
R/ memerlukan sedikit penggunaan memori
 Bantu pasien untuk memperoleh kekuatan pada pengacara.
R/ untuk berpegang pada hukum dan perkara keuangan

DX IV: Potensial injuri
 Atur lingkungan demi keamanan pasien (misalnya menyediakan palang keamanan, penerangan yang cukup dan hindari kekaacauan), instruksikan pasien atau orang penting lainnya ntuk berada di rumah yang aman, nasehatkan paisen tentang mengendarai kendaraan, berikan pilihan atau alternatif transportasi, awasi keadaan pasien yang disorientasi, menganjurkan tindakan pencegahan terhadap seizure untuk pasien yang mengalami seizure, awasi pasien apabila ia merokok, simpan atau jauhkan barang-barang dari jangkauan pasien, anjurkan pasien untuk meminta pertolongan bila ia hendak bangun dari tempat tidur atau ambulasi.
R/ untuk menegah kecelakaan dari injuri.
 Lakukan evaluasi terapi fisik.
R/ therapi fisik akan dikonsultasikan dengan pasien tentang bantuan lingkungan untuk membantu mobilitas.

DX V: Potensial keracunan
 Instruksikan pasien atau orang lain untuk berobat sesuai petunjuk: dosis, rute pemberian, jadwal pemberian, efek samping dan reaksi tak menguntungkan dan kondisi tak memungkinkan obat itu diteruskan, dan memanggil seorang dokter. Pastikan pasien memperhatikan daftar medikasi dan waktu pemberiannya.
R/ pasien dengan HIV sering kali mendapat pengobatan yang dapat meningkatkan resiko reaksi obat; pasien dengan memori yang hilang merupakan resiko besar terjadi medikasi yang salah.
 Anjurkan mempertahankan jalur IV line untuk pasien yang menerima terapi IV di rumah.
R/ untuk mencegah komplikasi.

DX VI: Intoleransi aktivitas
 Monitor respon fisiologi terhadap aktifitas.
R/ kemampuan berubah dari hari ke hari.
 Atur lingkungan untuk mengembalikan energi pasien, instruksikan ukuran atau standar yang digunakan untuk mengembalikan energi energi dan juga perlindungan dari injuri (seperti bantuan ambulasi, grab bar).
R/ untuk mengurangi tuntutan energi.
 Berikan perawatan kepada pasien yang tidak dapat merawat diri nya sendiri.
R/ berkurangnya tenaga kadang-kadang berhubungan dengan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas dan latihan.
 Atur asuhan keperawatan untuk menyediakan waktu istirahat yang cukup atau tidak henti-henti.
R/ istirahat ekstra dibutuhkan kaarena adanya peningkatan kebutuhan metabolik.
 Bantu pasien untuk mengatur jadwal yang dapat menjaga keseimbangan antara aktivitas dengan waktu istirahat yang cukup.
R/ kualitas hidup pasien dapat diperbaiki jika pasien dapat melakukan aktivitas.

DX VII: Gangguan persepsi sensori ( penglihatan, pandengaran, dan kinestik)
 Kaji jumlah kerusakan sensori.
R/ untuk menentukan data dasar keperawatan.
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dorong orang penting lainnya untuk tinggal dengan pasien.
R/ untuk menurunkan ketakutan dan kecemasan.
 Sering berbicara dan menyentuh pasien.
R/ memberikan stimulasi sensori.

DX VIII: Gangguan komunikasi verbal
 Kaji kemampuan verbal pasien
R/ untuk menentukan data dasar keperawatan.
 Berikan metode alternatif komunikasi (seperti papan gambar)
R/ memberikan arti pada pasien akan kebutuhan komunikasi.

DX IX: Nyeri kronik
 Kaji tingkat nyeri pasien dan anjurkan pasien untuk menggambarkan nyerinya.
R/ menentukan data dasar untuk intervensi terhadap nyeri yang dialami pasien.
 Lakukan tindakan paliatif (seperti relaksasi, backrubs). Instruksikan pasien dalam terapi alternatif (seperti guided imagery, relaksasi, affirmasi). Berikan aktivitas distraksi.
R/ pemberian teknik relaksasi dan mengontrol nyeri yang berlebihan.
 Berikan angelsik sesuai petunjuk.
R/ mencegah timbulnya nyeri.

DX X: Gangguan pola tidur
 Kaji pola tidur, bantu pasien dalam mengatur waktu tidur.
R/ merecanakan perawatan dasar pada kebutuhan pasien.
 Pertahankan ketenangan, lingkungan yang aman, jadwal perawatan pasien untuk menghindari gangguan tidur, berikan medikasi sesuai petunjuk.
R/ mendorong tidur yang terus menerus.



DX XI: Isolasi sosial
 Memperkenalkan hubungan kekerabatan yang penting dalam hidup pasien. Melibatkan orang-orang ini dalam perawatan pasien, jika pasien meminta.Menganjurkan adanya kunjungan dan telepon.
R/ menganjurkan interaksi lingkungan dalam perawatan kesehatan mungkin menstimulasi interaksi yang berlanjut di rumah.
 Berbicara dengan pasien sesering mungkin, hindari pemakaian masker bila tidak ada resiko.
R/ masker biasanya tidak dibutuhkan dan diperlukan sebagai barier dalam komunikasi.
 Instruksikan pasien dan orang penting lainnya tentang transmisi.
R/ memberikan jaminan bahwa HIV tidak ditransmisikan begitu saja.
 Berikan kelompok support dan sumber AIDS komunitas.
R/ untuk meningkatkan kontak dengan masyarakat.

DX XII : Kurang perawatan diri dalam semua aktivitas dan latihan
 Kaji kebutuhan pasien akan pertolongan dalam aktivitas dan latihan.Berikan pertolongan aktivitas yang tidak dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
R/ kebutuhan pasien berubah seiring dengan perubahan kondisi pasien.
 Berikan pasien terapi okupasional untuk membantu pekerjaan di rumah.
R/ memungkinkan pasien dalam melakukan aktivitas dan latihan sendiri, yang mana hal ini akan meningkatkan respek terhadap dirinya.
 Ajarkan orang penting lainnya untuk membantu aktivitas dan latihan pasien.
R/ perawatan dapat dipertahankan di rumah.

DX XIII : Gangguan pengelolaan biaya hidup di rumah
 Kaj tersedianya seseorang di rumah untuk menolong pasien dalam berbelanja, menyiapkan makanan, melakukan pekerjaan rumah tangga dan transportasi. Kaji pendapatan yang cukup untuk mendukung kehidupan.
R/ keadaan pasien menghambat kemampuannya untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan di rumah.
 Tunjukkan pasien/keluarga/orang penting lainnya terhadap sumber komunitas sebagai bantuan.
R/ pelayanan yang terorganisir dalam komunitas yang terbesar membantu orang dengan HIV, pendapatan yang rendah, atau kebutuhan spesifik.

DX XIV : Kecemasan
 Kaji kemampuan koping pasien. Perhatikan tanda-tanda koping yang tidak efektif.
R/ dapat digunakan sebagai pertahanan (seperti : denial).
 Berikan informasi yang akurat dan konsisten tentang kondisi dan pengobatan.
R/ untuk mengurangi ketakutan karena ketidaktahuan.
 Memperbolehkan pasien untuk mengungkapkan ketakutan dan kemarahan. Yakinkan pasien bahwa perasaannya normal.
R/ marah merupakan reaksi yang alamiah, ,mengekspresikannya membantu untuk mengontrolnya.
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan tidak mengancam.
R/ mengurangi stimulus yang mengakibatkan timbulnya kecemasan.
 Menganjurkan interaksi dengan suport sistem.
R/ mengurangi perasaan isolasi.
 Anjurkan pasien untuk konseling mental.
R/ untuk intervensi jika kecemasan menjadi disfungsional.

DX XVII : Gangguan pertukaran gas
 Monitor pola napas dan bunyi napas.
R/ mendeteksi adanya komplikasi pernapasan.
 Atur posisi pasien untuik meningkatkan jalan napas dan memfasilitasi batuk, anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan pernapasan melalui bibir.
R/ meningkatkan ekspansi paru.
 Berikan fisioterapi dada, suction bila diperlukan.
R/ membantu pengeluaran sekret.

 Berikan oksigen.
R/ mengurangi resiko hipoksemia.
 Berikan perawatan sebelum prosedur dan ajarkan untuk menjalani bronkoskopi.
R/ mengurangi kecemasan.

DX XVIII : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Monitor daya kunyah dan menelan pasien.
R/ berkurangnya intake sering kali berhubungan dengan oral dan kerongkongan.
 Monitor berat badan, intake dan output.
R/ menentukan data dasar.
 Kaji ketersediaan makanan di rumah dan seseorang yang menyediakannya.
R/ kehilangan pekerjaan dan penghasilan dapat menjadi masalah.
 Hindari stimulus yang berbahaya, seperti bau busuk atau pemandangan yang tidak menyenangkan.
R/ dapat merangsang refleks muntah.
 Berikan antiemetik sesuai dengan anjuran.
R/ mengurangi muntah.
 Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.
R/ menjamin makanan akan disenangi oleh pasien.
 Konsul ke ahli diet.
R/ untuk menambah kebutuhan nutrisi pasien.
 Pertahankan pemberian makanan lewat pipa NGT.
R/ untuk pasien yang tidak dapat menelan.

DX XIX : Diare
 Kaji frekuensi dan konsistensi feces dan adanya darah.
R/ untuk menentukan data dasar.
 Auskultasi bunyi bowel.
R/ hipermotilitas umumnya terjadi pada diare.
 Berikan agen antimobiliti dan psyllium (metamucil) sesuai petunjuk.
R/ memperlambat motilitas intestinal, psyllium beraksi menyerap cairan dan membentuk lebih banyak masa padat.
 Kaji daerah perianal, bersihkan setelah BAB, berikan obat salep vaselin atau zinc oksida, A dan D ointment.
R/ mengurangi rasa terbakar di kulit dan mnegurangi ketidaknyamanan, obat salep berguna untuk menjaga kelembaban kulit.

DX XX : Kurang volume cairan
 Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit jelek, hipotensi, tachicardi, oliguria).
R/ kekurangan volume cairan adalah komplikasi umum dan dapat diperiksa.
 Monitor intake dan output, berat badan.
R/ menentukan data dasar.
 Anjurkan intake cairan per oral.
R/ mengimbangi peningkatan output.
 Berikan terapi IV dan elektrolit sesuai anjuran.
R/ untuk pasien yang tidak dapat mengkonsumsi cairan lewat oral.

DX XXI : Hipertermi
 Kaji TTV
R/ data dasar untuk intervensi selanjutnya
 Berikan kompres hangat
R/ perpidahan panas secara evaporasi
 Kolaborasi dokter : beri antipiretik
R/ menurunkan panas

DX XXII : Kerusakan integritas kulit
 Monitor status kulit dan lesi setiap hari.
R/ menentukan data dasar.
 Bantu pasien menjaga kulit tetap bersih dan kering, gunakan lotion pelembab, rawat atau bersihkan daerah peroral sesuai anjuran di atas.
R/ mencegah kerusakan kulit.
 Tukar alat tenun bila kotor, mereposisi pasien sesering mungkin.
R/ mengurangi tekanan pada kulit untuk mencegah luka tekan.
 Tutup daerah terbuka dengan pakaian kering dan steril.
R/ mencegah masuknya bakteri.
 Lakukan perawatan luka, tekan sesuai petunjuk.
R/ mencegah kerusakan lebih lanjut, dapat menjadi tidak mungkin untuk menyembuhkannya.
 Elevasikan ekstremitas yang edema, elevasikan kepala dari tempat tidur jika wajah bengkak, gunakan kain yang dingin pada wajah.
R/ membantu menghalangi dareah mengalir dengan lesi KS.

DX XXIII : Kerusakan membran mukosa
 Monitor rongga mulut, tenggorokan dan bibir.
R/ mengidentifikasi adanya kenyamanan.
 Hubungi dokter gigi.
R/ untuk perawatan pariodontitis.
 Anjurkan dan ajarkan oral hygiene (gunakan sikat gigi yang lembut, pasta gigi yang tidak menyebabkan iritasi, penggunaan pencuci mulut), anjurkan agar mencuci mulut sesering mungkin dengan menggunakan saline dan cairan hidngen perioxide, sediakan pemulas bibir.
R/ mencegah penyebaran lesi dan meningkatkan kenyamanan.
 Beri anti infeksi sesuai instruksi.
R/ mengontrol infeksi dalam mulut.
 Nasihatkan pasien agar menghindari makanan yang mengandung garam , pedas dan suhu yang panas.
R/ untuk mencegah iritasi.
 Anjurkan intake cairan kurang dari 2500 ml.
R/ mempertahankan cairan mukosa membran.
DX XXIV : Gangguan pola seksual
 Kaji pasien dan pasangannya tentang aktivitas seksual, beri informasi yang lengkap tentang transmisi HIV dan praktek seksual yang aman dan tidak aman.
R/ mengurangi resiko transmisi HIV yang lebih lanjut dan mengurangi perubahan STDs yang dipakai dimana dapat melemahkan sistem imun.
 Berikan support atau nasehat.
R/ untuk memperoleh bantuan jangka panjang dengan menyesuaikan diri dari pengaruh HIV dalam hubungan seksual .
 Beri support pada pasangan pasien.
R/ patner biasanya bingung dan hal ini memperburuk keadaan pasien.

DX XXV:Tidak efektifnya koping individu
 Menetapkan hubungan dengan keluarga atau orang penting lainnya, koping mereka terhadap sakit dan perawatan pasien.
R/ untuk memulai hubungan baik perawat dan keluarga dalam bekerja sama.
 Ijinkan pasien mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata (marah, menarik diri, kesalahan).
R/ mereka tidak memiliki orang lain dimana mereka dapat berbicara secara bebas.
 Membentuk kelompok keluarga yang memberi suport.
R/ keluarga penting untuk interaksi dengan orang lain dalam situasi yang serupa.
 Ajarkan keluarga tentang penyakit dan transmisi.
R/ mengurangi kecemasan tentang transmisi dengan kontak yang secara kebetulan.
 Instruksikan tentang perawatan di rumah; berikan perawatan atau pertolongan sesuai kebutuhan pasien.
R/ memungkinkan keluarga memberikan perawatan tanpa stres yang berkelebihan.


E. Evaluasi.
1. Pasien bebas dari infeksi dan komplikasinya.
Data : tidak terdapat tanda-tanda awal infeksi, penemuan laboratorium menunjukkan tidak adanya infeksi;temperatur nadi dan pernapasan normal, tidak ada lesi atau eksudat.
2. Infeksi HIV tidak ditransmisikan petugas kesehatan memperlihatkan pencegahan darah dan cairan tubuh..
Data : Pasien dapat berpatisipasi dalam melakukan ADL tanpa frustasi
3. Efek yang merubah pikiran terhadap proses kehidupan pasien dapat di perkecil.
Data : Pasien mampu berpartisipasi dalam ADL tanpa frustasi; membantu dirinya sendiri dan orang lain.
4. Pasien tidak mengalami kejadian injuri atau jatuh.
Data: Pasien diperlihatkan secara ketat, tidak jauh / mengalami injuri; menggunakan bantuan alat pengaman, lingkungan rumah bebas dari halangan yang dapat menyebabkan injuri; melarang pasien mengendarai mobil sendiri.
5. Interaksi obat/ reaksi alergi dihindari; pasien dapat mengatur obat sendiri sesuai aturan.
Data : Pasien menyelesaikan semua jadwal pengobatan yang ditentukan. Jika ada reaksi yang tidak diinginkan pasien tidak melanjutkan pengobatan dan menghubungi dokter. Pasien memberitahukan pada pelaksana perawatan kesehatan tentang semua obat yang diminumnya.
6. Pasien berpatisipasi dalam aktivitas yang butuh banyak energi; bebas dari dyspnea, dan tachicardi selama aktivitas.
Data : Lingkungan dimodifikasikan untuk memungkinkan pasien memodifikasikan tingkat aktifitasnya; pasien menggunakan metode menghemat energi; pasien beristirahat diantara aktivitasnya.
7. Pasien tidak bingung atau takut dengan stimulasi lingkungan; tidak terdapat injuri.
Data : Pasien berorientasi terhadap lingkungan, tidak menunjukan rasa takut pada ransangan, tidak terjadi injuri.


8. Komunikasi pasien ditingkatkan.
Data : pasien beristirahat dengan nyaman, dalam pertemuan terjadi komunikasi tanpa ekspresi frustasi.
9. Rasa nyeri pasien berkurang.
Data : pasien tertidur, istirahat dan melakukan ADL tanpa gangguan atau tidak menunjukkan nyeri.
10. Pasien dapat beristirahat dan tidur dengan baik.
Data : Pasien dapat menggambarkan waktu istirahat (tidur 7-9 jam per hari dan dapat energi sesudah bangun).
11.Pasien mempertahankan hubungan yang berarti atau berdaptasi terhadap perubahan hubungan.
Data : Pasien dikunjungi, dapat mengidentifikasi dengan siapa yang terakhir; nama orang yang bisa dihubungi jika memerlukan bantuan.
12.Kebutuhan pertemuan sehari-hari pasien dengan orang lain dan berpartisipasi dalam perwatan diri sesuai toleransi.
Data : Pasien ikut serta dalam ADL dengan asisten dan dengan bantuan peralatan; pasien berjalan, mandi, berganti pakaian, ke toilet dengan perawat.
13.Pasien dan orang lain yang berarti mengetahui tentang sumber-sumber pelayanan masyarakat.
Data :Pasien menggambarkan pelayanan yang dapat menyediakan bantuan dan bagaimana mengatur pertolongan dirumah, pasien membuat rencana yang komplit/lengkap tentang situasi tempat tinggal yang baik.
14.Pasien menyatakan kecemasan dan ketakutan; memakai strategi koping diri terhadap kecemasan.
Data : Pasien menunjukkan penurunan kecemasan terhadap hospitalisasi, mengatakan pengertian tentang kondisi dan perawatan pasien menunjukkan metode mengatasi kecemasan dengan jalan yang prduktif.
15.Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat dikontrolnya dengan membuat keputusan tengtang dirinya, aturan dan kebutuhan perawatan kesehatannya.
Data : Pasien berpartisipasi secara aktif dalam keputusan perawat; bertanya tentang terapi; menyatakan langkah-langkah yang dapat di ambilnya untuk mempertahankan status kesehatannya dan memperbaiki kualitas hidup sehari –harinya.
16. Pasien mulai menunjukkan kemajuan setelah proses kesediaan.
Data : pasien mengekspresikan kesedihan dan menggambarkan arti kehilangannya; berpartisipasi dalam perencanaan yang akan datang.
17. Pasien menunjukkan pola replikasi normal, jumlah gas darah, oksigenasi seluler; pasien menunjukkan kemampuannya dalam pemberian oksigen.
Data : pasien bebas dyspnea, batuk, cianosis, bunyi broncovesikuler didengar pada paru-paru; nilai CO2, PO2 dan PCO2 normal; pasien melakukan aktivitas tanpa adanya napas pendek.
18. Pasien memiliki intake kalori dan protein yang adekuat untuk kebutuhan metabolik.
Data : nausea dan vomiting dapat dikontrol; pasien makan makanan yang mengandung tinggi kalori dan protein; serum albumin dan protein berada pada nilai normal; berat badan mendekati nilai normal atau ideal.
19. Pasien mengekspresikan kenyamanan dan pengontrolan diare; komplikasi diperkecil.
Data : abdomen lembek, feces lembek, warna normal dan menunjukkan frekuensi yang normal, rasa kram pasien menjadi ringan atau berkurang; daerah perianal bebas dari kelunakan.
20. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.
Data: intake cairan sama dengan output, turgor kulit normal, membran mukosa lembab; urine khusus normal, serum sodium dan albumin normal.
21. Suhu tubuh dipertahankan dalam batas normal; kenyamanan dan keamanan dipertahankan.
Data: suhu dalam batas normal; tidak dingin, kemerahan atau keringat, alat tenun kering; pasien bebas dari sakit kepala dan malaise.
22. Pasien bebas dari lesi kulit (lesi dapat dicegah atau diobati).
Data : Pasien bebas dari kulit dekubitus dan kerusakan kulit yang lain atau infeksi yang disebabkan karena kondisi pasien yang lemah.
23. Kerusakan membran mukosa diperkecil; pasien menunjukkan kenyamanan mulut.
Data : Mukosa membran lembab, warna alamiah dan tanpa perdarahan atau lesi, mulut bersih dan bebas dari sisa makanan dan eksudat; lesi, jika ada harus diobati.
24. Pasien atau pasangannya diberikan suport dan konsul untuk memulai aktivitas seksual yang aman dan atau alternatif untuk mencapai kepuasan seks.
Data : Pasien/pasangannya menggambarkan metode seksual yang aman, mengungkapkan maksud untuk mengikuti konseling sesuai kebutuhan.
25. Keluarga atau orang yang berarti kuat dan mempertahankan mutu suport, sistem dan adaptasi pada perubahan tuntutan mereka.
Data : Pasien dan keluarga berinteraksi dengan jalan yang konstruksi; keluarga memberi suport tanpa menyangkal kekuatan pasien dalam pembuatan keputusan yang berlebihan, keluarga memiliki informasi rentang bantuan yang didapat dengan perawatan di rumah jika dibutuhkan.

Pendidikan Kesehatan.
Sebelum test:
Orang yang akan ditest secara sukarela adalah seorang yang menyalahgunakan obat IV, laki-laki / wanita pekerja seks, wanita biseks / menggunakan obat narkotik / IV, orang yang menerima transfusi darah di USA antara tahun 1978 dan 1995, seorang yang merasa dirinya berisiko.
Diagnosa tambahan : Orang yang berencana menikah, tuntutan institusi, orang yang sedang dalam evaluasi medis dan pengobatan pada penyakit infeksi, orang yang bekerja di rumah sakit.
1. Diskusikan alasan pasien ingin di test.
2. Pastikan pasien yang hasil test ELISA positif , mereka akan mengikuti test berikutnya.
3. Kaji hal-hal yang mempengaruhi hasil test : gaya hidup pasien,tingkah laku yang beresiko,status psikologi.
4. Tentukan jika pasien punya suport sistem.
5. Diskusikan bagaimana rencana pasien menggunakan waktu menunggu sampai hasil bisa didapat.
6. Anjurkan pasien untuk kembali mengambil hasil test (tidak diberikan lewat telepon).
7. Ajarkan pasien bertingkah laku untuk mencegah penularan,walaupun hasil test negatif.
 Resiko dapat dicegah dengan : menolak obat-obat (narkotik) IV, hindari hubungan seks lewat vagina, anus atau oral dan cara pertukaran sekresi tubuh yang lain.
 Resiko dapat diperkecil dengan :
- Mempertahankan hubungan seks monogami dengan satu orang saja).
- Gunakan kondom latex deengan 5% non-oxynol-9 sejak awal hingga akhir hubungan seks.
- Hindari pertukaran cairan tubuh (semen, sekret vagina, darah) selama hubungan seks.
- Gunakan jarum suntik sendiri untuk pengobatan.
8. Siapkan informasi pada program bagi pengguna alkohol dan obat-obatan.
9. Informasikan pada pasien untuk melaporkan pada dinas kesehatan jika hasil positif.

Sesudah test :
Hasil test positif tidak berarti AIDS tapi diindikasikan 30%-50% akan menjadi AIDS dalam waktu 7 tahun setelah infeksi. Tapi jika waktu infeksi tidak diketahui, pasien harus memperhatikan segala yang muncul sewaktu-waktu.
1. Beritahu pasien bahwa virus dapat ditularkan dalam semua fase infeksi. Ulangi informasi untuk mengurangi resiko penularan masa pretest. Dalam hal ini pasien berhati-hati untuk menghindari pertukaran barang pribadi yang terkontaminasi dengan darah seperti pisau cukur atau sikat gigi; hindari mendonor darah, jaringan atau sperma.
2. Anjurkan pasien untuk memberitahukan pada pasangan seksualnya.
3. Anjurkan pada wanita untuk menghindari kehamilan dan menyusui.
4. Beri informasi tentang konseling tambahan dan pelayanan suport masyarakat.
5. Anjukan pasien menginformasikan kasus HIV pada dokter umum atau dokter gigi ketika perawatan.
6. Orang dengan hasil test positif kelihatan seperti tidak dengar apa-apa setelah mengetahui hasil test. Jadwalnya untuk kunjungan berikut sebagai konsult lanjutan untuk mempentahankan sistem imun dan memperbaiki status kesehatan.

Konsult lanjutan:
1. Beritahukan pasien tentang tanda-tanda dan gejala HIV yang b.d penyakitnya.
2. Dorong pasien untuk melihat catatan harian dari penyakit, perawatan dan pengobatan.
3. Anjurkan pasien untuk menjalani perawatan medis secara teratur dan pengobatan awal terhadap semua penyakit yang berhubungan dengan HIV.
4. Ingatkan pasien tentang tanggal imunisasinya.
5. Ulangi prinsip dasar untuk mempertahankan status kesehatan seperti diet, olahraga, istirahat, menghindari obat-obat atau narkotik, alkohol, kurangi merokok dan stres.
6. Beri tahu pasien metode mencegah terpaparnya patogen.
7. Ajarkan pasien menggunakan kondom.
8. Katakan pada pasien untuk menjalani perawatan medis untuk mendapatkan sistem imun.
9. Beri tahu pasien untuk menyeimbangkan program aktivitas dan istirahat.
10. Ajarkan pernapasan mulut dan diafragma untuk mengurangi usaha bernapas.Ajarkan penggunaan spirometer yang benar.
11. Instruksikan pasien pada pengobatan yang dijelaskan, efek obat, dosis, rute pemberian, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
12. Instruksikan pasien untukmenjalani perawatan kulit dan hygiene: menggunakan sabun, menghindari bedak atau bahan yang terbuat dari alkohol yang dapat menyebabkan kulit kering, menggunakan lotion pada kulit secara menyeluruh, hindari produk yang dapat menyebabkan mual.
13. Instruksikan pasien bahwa nutrisi merupakan hal yang penting.
14. Ajarkan pasien cara-cara untuk mengurangi efek dari mual: bersihkan mulut sebelum makan, hindari makanan yang berbau tajam, makan makanan ringan, makan biskuit pada waktu pagi dan hindari minun yang banyak dan hindari mengkonsumsi daging.

PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh HIV. Penyakit ini merupakan penyakit menular seksual yang sangat berbahaya sampai sekarang pengobatan pada penyakit ini belum ada.
HIV/AIDS dapat ditularkan baik secara langsung melalui kontak seksual maupun melalui darah. Orang yang sudah terinfeksi akan beresiko untuk menularkan penyakit tersebut kepada orang lain apabila tidak ada upaya pencegahan.

B. Saran
Mengingat bahwa AIDS merupakan penyakit menular seksual yang berbahaya dan belum ada pengobatannya agar kita terus melakukan tindakan-tindakan pengobatan seperti yang telah disebutkan dan sebagai perawat tentu sebaiknya memberikan Askep dengan baik sehingga dapat mengatasi masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Grimes, Deanna E, 1991, “Infetious Disease”, St. Louis, Missouri Mosby Year Book

Ignatavicius, Donna D, 1991, “Medical Surgical Nursing” (A Nursing Process Approach)”, W. B Saunders Company. USA

Muma, Richard D, 1997, “HIV (Manual Untuk Tenaga Kesehatan)”, EGC Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar