November 23, 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYPHILIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYPHILIS


A. Pengertian
Sifilis merupakan penyakit infeksi kronik sistemik vaskuler yang disebabkan oleh treponema pallidum/spiroketa, dikarakteristikkan dalam tingkat atau tahapan yang berbeda-beda

B. Etiologi
Bentuk dari treponema pallidum adalah spiral dengan panjang antara 6-15 um, lebar 0,15 um dan terdiri atas 8-24 lekukan, gerakannya berupa rotasi. Penularan penyakit ini dapat melalui:
a. Berhubungan dengan orang yang terinfeksi dan hubungan seksual yang tidak aman.
b. Transfusi darah
c. Plasenta (ibu yang terinfeksi ke janin)

C. Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi:
a. Sifilis Kongenital terbagi atas:
 Sifilis Dini (sebelum umur 2 tahun)
 Sifilis lanjut (sesudah 2 tahun)
 Stigmata (jaringan parut/deformitas)
b. Sifilis Aquisita terbagi atas:
 Sifilis klinis terdapat 5 stadium yakni: Inkubasi, Primer, Sekunder, Laten dan Tersier.
 Sifilis Epidemik terdapat 2 stadium: (Stadium dini menular dan Stadium lanjut tidak menular)
c. Sifilis Kardiovaskuler
d. Neorosifilis



D. Phatofisiologi
a. Sifilis Kongenital
Yaitu infeksi yang didapat oleh janin dalam kandungan karena ibunya terinfeksi sifilis. Gejala yang dapat dilihat:
1. Pada Sifilis Kongenital Dini
Abdomen: Hepatospenomegali; skeletal: osteokondritis, periostitis; Nasofaring: Rhinitis; kulit dan kuku: makulopapular rash, supurasi kuku, rambut dan alis mata rontok; Mukosa membrane: Fisura pada bibir, hidung dan anus
2. Sifilis Kongenital Lanjut
Guma pada hidung dan mulut, sabretibia, Clutton’s Joins, ketulian nerfus VIII
3. Stigmata
Yaitu fase penyembuhan dari kedua stadium tersebut ditandai oleh adanya bulldog jaw, gigi Hutchinson, mulberry molar, ragades keratitis interstisial.
b. Sifilis Akuisita
1. Klinis (terdiri dari 5 stadium):
 Fase Inkubasi
Pada fase ini treponema pallidum memasuki membran mukosa/menembus kulit, beberapa pathogen masuk menuju daerah limpa nodus dan memproduksi lesi yang akan timbul pada tahap primer.
 Fase Primer (10-90 hari, rata-rata 21 hari)
Pada stadium ini muncul lesi yang tidak nyeri keras dan tak bernanah yang disebut chancre. Chancre tumbuh pada vagina, serviks, skrotum dan rectum. Sebagai reaksi kompensasi maka terdapat limpa denopati pada seluruh tubuh. Jika pada titik ini tidak diobati maka chancre akan hilang tetapi T Pallidum akan berkembang dibawah kulit
 Fase Sekunder
Stadium ini akan muncul lesi merah kecoklatan yang menyeluruh pada tubuh (akan pecah 2-6 minggu). Karena tahap ini Treponema Pallidum sudah memasuki aliran darah maka penderita akan mengalami sakit kepala demam, nyeri sendi, kaku kuduk, kelainan kulit (berupa macula, papula, papulskuamosa, pustule).
 Fase Laten
Pada stadium ini tidak ditemukan tanda-tanda klinis dan hanya diketahui hasil serologi yang positif. Keadaan ini umumnya ditemukan pada pemeriksaan donor darah atau pemeriksaan kehamilan. Wanita hamil pada stadium ini dapat mengeluarkan penyakitnya pada janin sehingga diperlukan pemeriksaan pada ayah dan ibu bila ada riwayat kontak dengan penderita sifilis.
 Fase Tersier
Pada stadium ini tidak menular tetapi mengakibatkan kerusakan pada penderita dengan adanya kelainan khas berupa guma, lesi yang lunak, tuli, penyakit jantung, serangan koma, dan meninggal bila tidak diobati.
2. Epidemik
 Stadium ini menular gejalanya sama dengan fase inkubasi primer dan sekunder.
 Stadium lanjut tidak menular gejalanya sama dengan fase laten dan tersier.














PATHWAY
Treponema Pallidum
















E. Komplikasi
a. Sifilis sekunder
b. Sifilis tersier
c. Sifilis congenital

F. Test diagnostic
Pemeriksaan Hasil
a. Treponema Pallidum
Dengan cara mengambil dari kulit dan limpa nodus kemudian dilihat pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap yang dilakukan 3 kali berturut-turut
b. Test nontreponemal serologic misalnya:
- Veneral disease research laboratory (VDRL)
- Rapid plasma regain (RPP)
- Automated regain test (RST)
c. Treponemal serologi test
Misalnya:
- Florescent treponema antibody absorption (FTA-ABS)
- Microrohemagglutination Assay (MHA-TP)
- Treponema Pallidum hemaggulation assay (TPHA-TP)
d. Neorosifilis: Test CSF
- WBC
- VDRL Positif Treponema Pallidum pada tahap primer dan sekunder namun tidak ditemukan pada tahap laten dan tersier
Digunakan untuk konfirmasi screening test positif, meningkatnya antibody non spesifik 1-3 minggu timbulnya chancre atau 4-6 minggu. Kembali negative pada 6-12 bulan setelah penatalaksanaan sifilis primer, dan 12-18 bulan setelah pengobatan sifilis sekunder.


Digunakan untuk screening positif yang dilaporkan seperti reaktif lebih cepat pada tahap primer dan tetap reaktif lebih lama pada sifilis laten serta akan tetap reaktif sampai sesudah pengobatan dan hasilnya tak berubah dengan aktifitas penyakitnya.

> 5 WBC mm3
diagnostic neorosifilis jika hasilnya positif

G. Manajemen Medik
a. Agent anti infeksi
 Sifilis primer, sekunder dan dini. Pengobatannya:
 Penicillin G henzotin dosis 0,8 juta unit/IM diberikan 1x1 minggu.
 Penicillin G procaine dalam aqua dosis total 6 juta unit 0,6 juta/hari selama 10 hari
 Penicillin Procaine ± 2% aluminum menstreat total 0,8 juta unit yang diberikan 1,2 juta unit 2x seminggu
 Sifilis Laten Pengobatannya:
 Penicillin G henzotin dosis 7,2 juta unit.
 Penicillin G procaine dalam aqua dosis total 12 juta unit 0,6 juta/hari.
 Penicillin Procaine ± 2% aluminum menstreat total 7,2 juta unit/hari 2x seminggu
b. Pasien Alergi Penicillin
 Tetrasiklin (akromisin dosis 500 mg untuk infeksi dini dan lanjut, atau doksisisilin 100 mg untuk sifilis laten)
c. Sifilis Kongenital
 Penicillin G kristalin dalam aqua 100.000-150.000 unit/kg/hari
 Penicillin Procaine 50.000 unit/kg

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu
 Tanyakan pada pasien apakah ada keputihan yang tidak biasa, nyeri saat BAK, ulkus atau luka pada alat kelamin, pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri abdomen bagian bawah (selain saat haid), tumbuh daging atau kutil pada alat kelamin (seperti jengger ayam).
 Pada pasangan apakah ada nanah dari alat kelamin (penis), ulkus pada alat kelamin, pembengkakan kelenjar lipat paha, pembengkakan scrotum, tumbuh daging atau kutil pada alat kelamin
 Factor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi.
b. Keluhan sekarang
Gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil),
 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan alat kelamin bagian luar
Ulkus genital: sakit bila disentuh, tepi luka jelas atau tepi mengantong
Pembengkakan Kelenjar Inguinal: sakit bila disentuh, bekas luka kelenjar lipat paha
Kutil Genital: vulva vagina, anus.
 Pemeriksaan speculum
Duh tubuh vagina (keputihan atau cairan): kaji jumlah warna dan kekentalan
Duh tubuh serviks: kaji jumlah dan warna.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penularan infeksi berhubungan dengan sifat organisme yang dapat menular.
2. Resiko tinggi mengalami komplikasi berhubungan dengan adanya perluasan dan penyebaran penyakit jika tidak diobati.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan transmisi, pencegahan komplikasi dan pengaturan obat-obatan.

3. Perencanaan
Diagnosa I.
Goal : Infeksi pasien tidak akan tertular pada orang lain, dan tidak kambuh pada pasien sesudah pengobatan.
Objektif : Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (tidak ada lesi, secret atau eksudat dari serviks, uretra, mata, faring dan anus, test serologi non reaktif dan tidak ada gejala lain.
Diagnosa II
Goal : Infeksi pasien akan sembuh sebelum meluas atau menyebar
Objektif : Tidak ada tanda-tanda sifilis sekunder atau tersier, CSF normal (tidak berisi treponema pallidum, follow up untuk test serologi menunjukkan penurunan titer antibody

Diagnosa III.
Goal : Pasien akan meningkatkan pengetahuan tentang sifilis.
Objektif : Setelah diberikan penyuluhan pasien dapat menjelaskan kembali pengertian, penyebab, cara penularan, pengobatan, pencegahan lebih lanjut untuk mencegah transmisi sifilis.

4. Implementasi
Diagnosa Implementasi Rasional
Dx. 1

Dx. 2
Dx. 3  Ambil specimen untuk pemeriksaan laboratorium dan ambil darah untuk test serologi.
 gunakan tindakan pencegahan saat pengambilan specimen dan pemeriksaan pasien
 test serologi pada ibu hamil paling kurang sekali selama kehamilan

 beri anti infeksi sesuai ketentuan

 pemeriksaan kembali dan obati ibu hamil dengan riwayat sifilis sebelum proses persalinan, periksa tanda dan gejala bayi baru lahir.

 Kolaborasi pemberian obat anti infeksi dan dosis.

 monitor immonokompromised untuk tanda-tanda penyebaran infeksi.

 monitor temperature tubuh dan gejala sifilis


 gunakan teknik aseptic dalam merawat luka

 Untuk diagnosa pasti dan pengobatan

 Lesi dan eksudat mukosa sangat menular

 Resiko tinggi pada trimester 3 mulai pada saat melahirkan
 Sifilis dapat ditransisikan pada fetus. Pengobatan yang adekuat pada ibu sebelum 15 minggu akan mencegah kerusakan pada fetus.
 Neonatus akan terinfeksi lewat mukosa membrane saat kelahiran jika ada infeksi pada serviks.

 Pengobatan dapat mencegah komplikasi dan transmisi sifilis.
 Immunocompromised beresiko tinggi untuk penyakit sistemik.

 Deteksi dini infeksi, pengobatan dan agen infeksi akan mencegah penyebaran pathogen
 Mencegah penyebaran pathogen

5. Evaluasi
1. Infeksi tidak transmisikan ke orang lain atau kembali kepada pasien pengobatan.
2. Infeksi telah dapat diobati sebelum memburuk atau meluas
3. Pasien mengetahui tentang pemberian obat-obat anti infeksi sesuai anjuran
4. Pasien mengetahui informasi untuk mencegah episode PMS dan mencegah transmisi PMS.

6. Pendidikan Kesehatan
1. Pasangan seks seharusnya memeriksa diri.
2. Aktifitas seksual dihindari sampai pasien dan pasangannya mendapat pengobatan cukup dan semua lesi sembuh.
3. Pengobatan pasien secara teratur dan test serologi 3, 6, 12 dan 24 bulan setelah terapi.
4. Hindari produk-produk susu antacid, zat besi, mineral yang mengandung zat buatan setelah konsumsi tetrasitin.
5. Penjelasan reaksi sistemik seperti demam, sakit kepala dan tachicardi setelah pengobatan langsung.
6. Istirahat yang cukup dan hindari penggunaan aspirin.

PENUTUP

Kesimpulan
Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum dapat ditularkan lewat hubungan seks, transfuse darah dan plasenta.
Sifilis dibagi menjadi:
a. Sifilis Kongenital terbagi atas:
- Sifilis Dini (sebelum umur 2 tahun)
- Sifilis lanjut (sesudah 2 tahun)
- Stigmata (jaringan parut/deformitas)
b. Sifilis Aquisita terbagi atas:
1. Sifilis klinis terdapat 5 stadium yakni: Inkubasi, Primer, Sekunder, Laten dan Tersier.
2. Sifilis Epidemik terdapat 2 stadium: (Stadium dini menular dan Stadium lanjut tidak menular)
c. Sifilis Kardiovaskuler
d. Neorosifilis

DAFTAR PUSTAKA

Grimes E. Deanna dkk (1991) “Infection Disease Clinical Nursing Series”, Mosby

Prof. Dr. Adhi Djuanda (1999) “ Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin” Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Linda J. Carpenito (1995) “Nursing Care Plans and Documentation” J. B Lippin Cott, Philadelphia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar