November 23, 2010

ASKEP SIROSIS HATI (SIROSIS HEPATIS)

ASKEP SIROSIS HATI (SIROSIS HEPATIS)

A. Pengertian.
Serosis hati adalah penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peradangan yang menyebar dan fibrosis hati akibat perubahan drastic struktur dfan kehilangan fungsi utama hati.Perubahan mendasar pada serosis adalah kematian sel-sel liver dan penrgantian jaringan normal menjadi sel yang berupa masa dan jaringan scar yang mengakibatkan adanya nodul pada parenkim liver yang normal dan dikelilingi oleh jaringan serabut. Perubahan terseut mengakibatkan kehilangan fungsi dan struktur liver terganggu yang menyebabkan obstruksi pada aliran darah hepar.
Sirosis dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis :
a. Tipe Cardiac sirosis.
Liver membengkak dan berubahsecara reversibal,jika CHF diobati secara efektif.Beberapa fibrosis akan terjadi pada penderita CHF yang lama.
Etiologi : Gagal jantung sisi kanan(CHF).
b. Tipe Biliary sirosis.
Kerusakan kronis pada saluran empedu,pada mulanya liver membesar,kemudian mengeras dan nodular,joundice(penyakit kuning)adalah gejala utama
Etiologi : Kerusakan biliary dalam liver dan saluran empedu.
c. Tipe Sirosis post necrotic.
Ukuran liver mengecil dengan noidula jaringan fibrosa
Etiologi :Necrosi yang berlebihandari hepatotoxindan biasanya oleh virus hepatitis
d. Tipe Sirosis laennec (nutrisi,portalor alcoholic sirosis.
Pembentukan kolagen secara berlebihan , liver dilapisi oleh lemak yang meluas dan akhirnya lemak menjadi kecil dan nodular.
Etiologi : Alkioholisme, malnutrisi,
e. Tipe Non specific metabolic sirosis
Portal dan fibrosis hati akan berkembang,Hati membesar dan mengeras.
Etiologi :Masalah metabolisme penyakit infeksi,penyakit infiltrat dan penyakit GI
B. Etiologi.
Sirosis hati merupakan akibat dari penyakit liver sekunder, intrahepatik dan ekstrahepatik, virus hepatitis dan hepatotoksin yang lain (obat – obatan dan zat kimia).
Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua factor predisposisi utama yang mempengaruhi perkembangan sirosis laenneec.Penyerbab lain yang jarang terjadi adalah gagal jantung sebalah kanan,hemokromatosis,fibrosis kista dan penyakit Wilson.namun pada beberapa pasien penyebabnya tidakn dapat teridentifikasi.

C. Patofisiologi.
Sirosis laenneec yang disebabkan oleh alkoholisme dan pada tipe – tipe sirosis lainnya penimbunan lemak di hati adalah perubahan pertama atau awal yangh muncul.penimbhunan lemak ini dapat diatasi apabila factor penyebabnya dihentikan (alcohol,malnutrisi,kerusakan saluran empedu. Jika proses degenerasi berlanjut maka terjadilah inflamasi akut ( hepatitis alcohol ) dan mengakibatkan sirosis.
Akibat dari bebrapa jenis sirosis hati ini terjadi kehilangan fungsi hati dan menjimbulkan obstruksi pada pembuluh darah ke hati.Perubahan fisiologis biasanya dilihat kemudian setelah penyakit ini menjadi lebih berat.Perubahan fisiologis ini juga akan muncul bila kerusakan hati sudah mencapai ¾ bagian.
Perubahan fibrotik hati karena adanya obstruksi dan kerusakan struktur hati mengakibatkan obstruksi pada vena limpa dan aliran darah portal.kerusakan ini dapat menyebabkan masalah lain seperti retensi cairan,termasuk Peningkatan oedem ,asites dan hidrotorax. Peningkatan tekanan pada vena porta dan obstruksi vena limpa mengakibatkan splenomegali dan perubahan fungsi limpa, yang bisa menyebabkan leukopenia, trombositopenia dan anemia. Hipertensi portal menyebabkan tekanan vena, hemostasis vascular, pemekaran pembuluh vena, hemorrhoid dan varises esopahagus.




Bagan Patofisiologi






























D. Manifestasi Klinik.
Dalam merawat pasien iniperawat bekerjasama dengan dokter untuk melaksanakan terapi medis,karena perawat mempunyai peran besar dalam rencana memulangkan pasien dan rencana pendidikan pasien,maka hal – hal ini perlu didiskusikan dalam rencana keperawatan. Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan pasien dengan sirosis hati bisa pulang ke rumah (Menurut DRG) adalah tujuh hari.
Tak ada manejemen medis khusus Bagi pasien sirosis.Manejemen yang ada ditujukan untuk mengatasi faktor – faktor penyebab seperti Alkoholisme,obstruksi biliari,infeksi dan masalah – masalah cardiac dan untuk mencegah kerusakan pada liver yang lebih lanjut.

E. Tes Diagnostik.
Darah dan urine yang abnormal dengan peningkatan level total dari onconyugate dan conyugate bilirubin ; peningkatan urine bilirubin peningkatanurine urobilinogen, peningkatan masa protrombin,menurunnya trombosit,seldarah putih dan seldarah merah, menurunnya serum albumin dan serum glukosa, hipokalemia, hiponatremia dan peningkatan level serum ensim (ALT, AST, LDH, Alkalin fosfat ).

F. Management Medik.
Terapi obat – obatan tergantung pada tanda dan gejala pada pasien dan pengobatannya adalah sebagai berikut ; antihistamin untuk pruritas,potasium untuk hipokalemia,diuretik (khususnya aldosteron yang anti terhadap oedem karena penderita sirosis tidak berkatabolis dengan aldosteron dan dapat mengakibatkan hiperaldosteron ); dan garam folik,tiamine,dan berbagai vitamin dan mineral untuk kurang vitamin dan anemia.
Peminum alkohol biasanya kebal terhadap tiamin dan garam folik karena vitamin –vitamin yang larut dalam air ini telah dihabiskan dan selanjutnya terjadilah kekurangan vitamin. Terapi tambahan digunakan untuk mengobati komplikasi kronik liver.


- Diet
Karena alkoholisme dan malnutrisi merupakan faktor utama penyebab sirosis, penyediaan diet yang memadai ( seimbang nutrisi normal ) dan membantu pasien mengontrol pemasukan alkohol sangat penting.
- Aktifitas
Pasien biasanya mudah lelah dan tidak toleransi terhadap aktifitas harian.Pasioen di dorong untuk membatasi kegiatan – kegiatan

G. Pencegahan.
Meliputi :
a. Pencegahan primer : Mengurangi konsumsi alkohol
b. Pencegahan sekunder : Deteksi awal sirosis biasanya sulit karena tanda – tanda sirosis,perubahan fungsi fisiologis dari hati akan muncul bila hati telah mengalami kerusakan  ¾ bagian. Atas alasan ini pemantauan konsumsi alkohol menjadi fokus pencegahan.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data subjektif
Data yang dibutuhkan untuk mengetahui seorang pasien menderita kirosis adalah sebagai berikut :
 Tubuh.
Perubahan warna kulit, perubahan ciri-ciri seks sekunder (alat kelamin luar, distribusi bulu tubuh, jaringan buah dada), perubahan ukuran perut (ukuran pinggang), sejarah udem, dan berbagai keluhan gatal-gatal.
 Perilaku social.
Penggunaan obat-obatan dan alcohol,m jumlah, faktor-faktor penggunaan yang cepat, usaha untuk berhenti, limitasi-limitasi untuk sukses, alasan-alasan kegagalan, waktu terakhir pasien mengkonsumsi alcohol, lingkungan kerja.
 Sistim gastroenteritis.
Keluhan mual, muntah, anoreksia, gangguan pencernaan, masuk angin dan gangguan perut.
 Sejarah nutrisi.
Nutrisi harian selama 3 hari terakhir, perubahan nafsu makan.
 Eliminasi.
Perubahan dan jumlah warna urin, perubahan geraan usus, atau perubahan warna faeces.
 Neuromuscular.
Keluhan rasa lemah, lelah, perubahan kemampuan kerja, perubahan koordinasi ingatan,atau perubahan getataran-getaran.
 Seksualitas.
Impotensi (laki-laki), turunnya libido(pria dan wanita), atau perubahan pola menstruasi (wanita).


b. Data Objektif
 Tanda-tanda vital, mencakup tekanan darah orthostatik dan nadi, temperatur, berat badan.
 Kulit dan sclera.
Adanya penyakit kuning, memar, hematomas, petechiae spider angiomas, palmar erythema, pembesaran pembuluh vena pada tubuh bagian atas atau ekstremitas bawah, hilangnya rambut dada, gynecomastia, udem pada kaki dan tangan, luka karena gatal-gatal.
 Abdomen.
Bunyi-bunyi usus, adanya gelembung abdominal, asites, peningkatan ukuran lilitan abdominal, pembesaran liver, hepatic bruit, pembesaran empedu dan pembesaran pembuluh vena abdomen (capat medusae).
 Neuromuscular.
Otot melemah, memori dan koordinasi menurun, gemetaran, asteriks, refleks tendon dalam yang membesar, perubahan oerintasi, perubahan perilaku atau emosi, apraxia.
 Gastroenteritis/eliminasi.
Volume warna urin dan, faeces.
 Respirasi.
Bunyi pernapasan, adanya warna pudar pada cuping kanan bawah.

2. Dianosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b. d. immobilisasi kurang nutrisi, kurang pengetahuan tentang kontra indikasi farmakologi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. diet tidak adekuat, anorexia, asites, kerusakan metabolisme protein, lemak dan glukosa dan kerusakan penyimpanan (vit. A. C. D. E. K).
3. Kelebihan volume cairan b.d. gangguan metabolisme aldosteron.
4. Potensial injuri ; perdarahan b.d. gangguan factor pembekuan gangguan absrobsi vitamin K dan pengeluaran trumboplatis.
5. pola napas tidak efektif berhubungan dengan asites dan akumulasi secret.
3. Perencanaan.
Diagnosa I.
Goal : Klien akan mempertahankan integritas kulit yang normal.
Objektif : Dalam jangka waktu 1 – 2 hari perawatan :
Intervensi dan rasional :
 Kaji permukaan kulit.
R/ Oedema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan, asites dapat merenggangkan kulit.
 Ajarkan klien atau keluarga tentang kondisi serta cara pengobatannya.
R/ Penyuluhan ini menekankan pembatasan aktivitas dan meliputi diit.
 Jelaskan pentingnya untuk istirahat yang adekuat dan menghindari aktivitas yang melelahkan.
R/ Saat hepar memperbaiki diri, altivitas diri menurunkan kebutuhan energi tubuh yang diperlukan untuk penyembuhan. Istirahat adekuat diperlukan untuk mencegah kesembuhan.
 Jelaskan pentingnya diit tinggi protein dan kalori serta rendah garam.
R/ Kebutuhan protein dan kalori lebih besar saat jaringan dalam keadaan pemulihan.
Diagnosa 2.
Goal : Klien akan mempertahan nutrisi yang adekuat.
Objektif : Dalam jangka waktu 1 – 2 jam perawatan klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan.
Intervensi dan rasional :
 Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual. Jelaskan bahwa obstruksi aliran darah menyebabkn kongesti vascular GI, mengakibatkan gastritis dan diare atau konstipasi, dan yang merusak fungsi hepar menyebabkan gangguan metabolic (metabolisme cairan, elektrolit, glukosa) mengakibatkan anorexia dan keletihan.
R/ Dengan membantu klien memahami kondisi dan dapt menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan.
 Ajarkan dan Bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
R/ Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
 Tawarkan makan sedikit tapi sering.
R/ Peningkatan tekanan intra – abdomen akibat asites menekan saluran GI dan menurunkan kapasitasnya.
 Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
R/ Caiaran dapat lebih lambung, menurunkan napsu makan.
 Pertahankan hygiene mulut yang baik ( sikat gigi, mencuci mulut ) sebelum dan sesudah makan.
R/ Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tidak sedap, dan akan menurunkan napsu makan.
 Atur makanan dengan protein atau kalori tinggi yang disjikan pada waktu klien paling suka untuk memakannya.
R/ Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.
 Batasi makanan dan cairan tinggi lemak.
R/ Kerusakan aliran empedu mengakibatkan mal absorpsi lemak.
Diagnosa 3.
Goal : Klien akan mengurangi kelebihan cairan atau mempertahankan keseimbangan volume cairan.
Objektif : Dalam jangka waktu 1 x 24 jam.
• BB menurun.
• Tidak tampak asites.
• Oedema berkurang.
Interevensi dan rasional :
 Catat keseimbangan positif ( pemasukan melebihi pengeluaran )
R/ Menurunkan status volume sirkulasi terjadinya perpindahan cairan dan respon terhadap terapi.
 Berikan perawatan mulut.
R/ Menurunkan rasa haus.
 Kaji diet klien terhadap inadekuat masukan protein atau kelebihan natrium.
R/ Penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldosteron dan sekresi hormone antidiuretik, menyebabkan retensi air dan natrium dan ekskresi kalium.
Diagnosa 4.
Goal : Klien akan mengurangi injuri : perdarahan.
Objektif : Dalam waktu 2 jam perawatan tidak ada tanda perdarahan.
Intervesi dan rasional :
 Kaji adanya tanda-tanda dan gejala – gejala perdarahan GI
R/ Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan.
 Kaji TTV ( nadi dan TD )
R/ Peningkatan nadi dan penurunan tekanan darah menunjukkan kehilangan volume dalam sirkulasi.
 Anjurkan pada pasien menggunakan sikat gigi yang halus, hindari mengejang saat defikasi.
R/ Trauma minimal dapat menyebabkan perdarahan mukosa
 Gunakan jarum kecil untuk injeksi.
R/ : meminimalkan kerusakan jaringan.
 Hindari produk yang mengandung aspirin.
R/ Koagulasi memanjang berpotensi untuk resiko perdarahan.
Diagnosa 5.
Goal : Klien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam perawatan
Obyektif : Dalam jangka waktu 1 hari pasien : napas normal ( 12-20x/mnt), tidak sesak napas, tidak ada bunyi napas.
Intervesi dan rasional :
 Monitor respirasi dan bunyi napas.
R/ Pernapasan dangkal cepat mungkin ada berhubungan dengan hipoksia dan akumulasi cairan dalam abdomen.
 Berikan posisi semi fowler.
R/ Memudahkan pernapasan dengan mengurangi tekanan pada diafragma.
 Anjurkan pasien untuk napas dalam
R/ Membantu ekspansi paru dan memobilisasi secret.
 Monitor perubahan tingkat kesadaran.
R/ Perubahan menta dapat menunjukan hipoksemia dan gagal pernapasan yang sering di sertai koma hepatik.

4. Evalusi.
1. Mempertahankan pola pernapasan efektif.
 Menunjukan peningkatan berat badan.
 Tidak mengalami tanda nutrisi lebih lanjut.
2. Menunjukan volumecairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran BB normal, TTV normal, tidak ada udem.
3. - Mempertahankan hemostasis tanpa perdarahan.
- Menunjukan penurunan resiko perdarahan.
4. - Mempertahankan tingkat mental.
- Menunukan perubahan pola hidup untuk mencegah perubahan mental.
5. - Mempertahankan integritas kulit.
- Menunjukan teknik untuk mencegah kerusakan kulit.
6. - Menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejalah dengan factor penyebab.
- Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam perawatan.

5. Pendidikan Kesehatan
Pasien dapat diajarkan tentang :
o Jelaskan pada pasien tentang perawatan dan pencegahannya.
o Jelaskan mengenai pentingnya menghindari minuman alcohol yang berlebihan.

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Seriosis liver adalah istilah yang mengacu pada penyakit hati kronis yang di tandai dengan adanya peradangan dan fibrosis hari yang menimbulkan perubahan struktur secara drastis dan hilangnya fungsi liver. Penyebabnya adalah alkoholisme, malnutrisi dan penimbunan lemak di hati dengan gejalah kesehatan memburuk, mual muntah, anoreksia, ketidakmampuan mencerna, flatulen, konstipasi.

B. Saran.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada psien dengan serosis hepatis maka di sarakan bagi para perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Katarin A. May, dkk, Laura R. Mahiheister, 1990, “Maternal and Neonatal Nursing”, Buku I, Philadelphia.

Junaidi Purnawa, dkk, 1982, “Kapita Selekta Kedokteran”, Edisi II.

Bobak and Jensen, 1993, “Maternity and Ginecologic Care”, Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelphia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar